Tahun Baru Islam

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 Hijriyah, Ini Penjelasan Hukum Membaca Doa Awal dan Akhir Tahun

Membaca doa awal dan akhir tahun tak jarang dilakukan sebagian umat muslim ketika pergantian tahun dalam kalender hijriyah.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Seli Andina Miranti
Pixabay
ilustrasi ibadah doa awal dan akhir tahun 

TRIBUNJABAR.ID - Membaca doa awal dan akhir tahun tak jarang dilakukan sebagian umat muslim ketika pergantian tahun dalam kalender hijriyah.

Tahun Baru Islam ditandai dengan masuknya 1 Muharram.

Adakah tuntutan atau amalan membaca doa awal dan akhir tahun?

Amalan tersebut sebenarnya tidak ada tuntutannya.

Rasulullah SAW, para sahabat, dan ulama besar tidak pernah melakukan doa awal dan akhir tahun.

Dikutip dari rumaysho.com, amalan seperti doa awal dan akhir tahun tidak ditemui pada kitab hadis atau musnad.

Umat muslim hendaknya berpatokan pada hadis dan firman Allah SWT dalam menjalankan ibadah.

Masih mengutip sumber yang sama, Syaikh Bakr Bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah berkata, “Syariat Islam tidak pernah mengajarkan atau menganjurkan doa atau dzikir untuk awal tahun.

Manusia saat ini banyak yang membuat kreasi baru dalam hal amalan berupa doa, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali.” (Tashih Ad Du’a’, hal.107)

Syaikh ‘Abdullah At Tuwaijiriy berkata, “Sebagian orang membuat inovasi baru dalam ibadah dengan membuat-membuat doa awal tahun dan akhir tahun.

Sehingga dari sini orang-orang awam ikut-ikutan mengikuti ritual tersebut di berbagai masjid, bahkan terdapat para imam pun mengikutinya.

Padahal, doa awal dan akhir tahun tersebut tidak ada pendukung dalil sama sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga dari para sahabatnya, begitu pula dari para tabi’in. Tidak ada satu hadits pun yang mendukungnya dalam berbagai kitab musnad atau kitab hadits.” (Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 399).

Dilanjutkan pula oleh Syaikh At Tuwaijiriy di halaman yang sama, “Kita tahu bahwa doa adalah ibadah. Pengkhususan suatu ibadah itu harus tawqifiyah (harus dengan dalil). Doa awal dan akhir tahun sendiri tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula pernah dicontohkan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum.”

Ilustrasi puasa Ramadan 2020.
Ilustrasi puasa Ramadan 2020. (Pixabay)

Puasa di Bulan Muharram

Empat dari 12 bulan merupakan bulan haram, yakni Dzul-Qadah, Dzul-Hijjah, Al Muharram, dan RajabMudhar.

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah.

Al Muharram dalam bahasa Arab artinya waktu yabg diharamkan.

Manusia diharamkan berbuat dosa dan mendzalimi diri sendiri di bulan tersebut.

{ إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ }

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36)

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((… السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَان.))

“Setahun terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-Muharram, serta RajabMudhar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban. “
Perbuatan buruk yang dilakukan di bulan Muharram akan mendapat dosa lebih besar.

ilustrasi itikaf 10 hari terakhir puasa di bulan Ramadhan
ilustrasi itikaf 10 hari terakhir puasa di bulan Ramadhan (Islam.com via Bangka Pos)

Pada ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

{ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ }

“Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian di dalamnya”, karena berbuat dosa pada bulan-bulan haram ini lebih berbahaya daripada di bulan-bulan lainnya. Qatadah rahimahullah pernah berkata:

(إنَّ الظُّلْمَ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ أَعْظَمُ خَطِيْئَةً وَوِزْراً مِنَ الظُّلْمِ فِيْمَا سِوَاهَا، وَإِنْ كَانَ الظُّلْمُ عَلَى كُلِّ حَالٍ عَظِيْماً، وَلَكِنَّ اللهَ يُعَظِّمُ مِنْ أَمْرِه مَا يَشَاءُ.)

“Sesungguhnya berbuat kezaliman pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada berbuat kezaliman di selain bulan-bulan tersebut. Meskipun berbuat zalim pada setiap keadaan bernilai besar, tetapi Allah membesarkan segala urusannya sesuai apa yang dikehendaki-Nya.”

Oleh sebab itu, sebaiknya umat muslim memperbanyak amalan sholeh dan menjalankan ibadah sunnah.

Salah satu ibadah sunnah di bulan Muharram adalah puasa Asyura.

Jadwal Puasa Bulan Muharram

Puasa Asyura dilaksanakan pada 10 Muharram. 1 Muharram jatuh pada 20 Agustus 2020.

Maka puasa Asyura pada 29 Agustus 2020.

Sehari sebelum dan sesudah puasa Asyura pun dianjurkan untuk berpuasa.

Puasa pada 9 Muharram disebut puasa Tasua.

9 Muharram, 28 Agustus 2020: puasa Tasua

10 Muharram, 29 Agustus 2020: puasa Asyura

11 Muharram, 30 Agustus 2020: Puasa sunnah Muharram

Puasa sunnah sebelum dan sesudah Asyura dilakukan agar menghilangkan keraguan tentang bertepatan atau tidakkah hari Asyura (10 Muharram).

Apalagi untuk saat sekarang, banyak manusia tergantung dengan ilmu astronomi dalam penentuan awal bulan, kecuali pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzul-Hijjah.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved