Mahasiswi Bandung Ini Setuju Mahasiswa di Perguruan Tinggi Dapat Pendidikan Militer
Mahasiswa bakal dapat pendidikan militer, ini tanggapan mahasiswa dan mahasiswi Bandung.
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sejumlah mahasiswa dari berbagai jurusan dan universitas di Kota Bandung memiliki tanggapan beragam mengenai rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang akan menerapkan pendidikan militer kepada mahasiswa.
Ahmed, mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung mengaku tidak setuju dengan rencana tersebut.
Menurutnya, banyak cara untuk meningkatkan kecintaan dan rasa bangga terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Saya tidak setuju, mungkin bisa dengan cara lain, jadi tidak harus melalui pendidikan wajib militer," ujar Ahmed, saat dihubungi, Senin (17/8/2020).
Ahmed pun tidak setuju kalau program wajib militer bagi mahasiswa itu dimasukkan ke dalam Satuan Kredit Smester (SKS).
Sebab, kata dia, dengan jumlah SKS yang ada saat ini, mahasiswa sudah sangat keteteran.
"Kalau memang betul nantinya akan dimasukkan ke dalam SKS akan cukup mengganggu, apalagi kalau dimasukkan di srmester akhir, karena sudah dibenturkan dengan urusan skripsi, lain halnya kalau program ini disimpan dinawal, mungkin bisa dipertimbangkan," katanya.
Sedangkan Yanti Muthmainnah, Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara UIN Bandung ini mengaku setuju agar kaum milenial memiliki fisik dan mental yang kuat, di samping kecintaan terhadap NKRI.
"Saya setuju, karena pendidikan militer itu sebenarnya bagus untuk melatih fisik dan mental warga Indonesia, kan dasarnya setiap orang itu harus punya," ujar Yanti.
Ia pun merasa yakin jika program wajib militer ini tidak akan mengganggu perkuliahan.
Sebab, kata dia, pemerintah tidak mungkin asal-asalan dalam mengeluarkan kebijakan.
"Program ini kan bekerja sama dengan Menteri Pendidikan, mungkin nantinya bakal ada kebijakan lain yang tidak mengganggu kuliah," katanya.
Yusuf Sugiyarto, mahasiswa Teknik Telekomunikasi Telkom University ini mengaku tak setuju dengan program tersebut.
Menurutnya, akan ebih baik ketika sistem dalam institusi militer dan institusi pendidikannya disempurnakan, sehingga dapat menghasilkan produk pertahanan militer dan nirmiliter yang sama baiknya.