Virus Corona di Jabar

Update Covid-19 Jabar, Bandung Sumbang Kenaikan Kasus Tertinggi Sebanyak 85 Kasus

Kasus Covid-19 di Provinsi Jawa Barat ( Jabar) kembali mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dengan kasus tertinggi dipasok dari Bandung.

Penulis: Dedy Herdiana | Editor: Dedy Herdiana
Istimewa
Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA – Kasus Covid-19 di Provinsi Jawa Barat ( Jabar) kembali mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dengan kasus tertinggi dipasok dari Bandung, khususnya dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung.

Total kenaikan kasus dari Kota Bandung dan Kabupaten Bandung mencapai 85 kasus.

Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan dalam pekan terakhir, hasil analisis data Covid-19 Jabar periode 9 Agustus 2020, terjadi kenaikan kasus yang cukup tinggi di Jabar yaitu sebesar 50,6 persen.

Adapun lima kabupaten dan kota yang menumbang keanikan kasus tertinggi adalah:

- Kota Bandung 40 kasus menjadi 155 kasus (287,5 persen)

- Kabupaten Bandung dari 45 kasus menjadi 119 kasus (164,4 persen)

- Cirebon dari 1 kasus menjadi 34 kasus (meningkat lebih dari 10 kali lipat)

- Kota Cimahi dari 7 kasus menjadi 35 kasus (400 persen)

- Kota Sukabumi dari 1 kasus menjadi 28 kasus (meningkat lebih dari 10 kali lipat)

19 Relawan Mendapat Suntikan Pertama Uji Vaksin Covid-19, Disaksikan Presiden

Ridwan Kamil Minta Bantuan ke Jokowi, Perbanyak Tes Covid-19 di Jabar

Dewi menambahkan, peningkatan kasus tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah laju penularan yang tinggi, munculnya klaster baru, dan jumlah pemeriksaan yang ditingkatkan.

“Biasanya kita bisa lihat dari tiga hal, yang pertama memang laju penularannya sedang tinggi disana, yang kedua ada klaster baru, dan yang ketiga memang jumlah testing yang juga ditingkatkan di Jawa Barat,” tutur Dewi saat berdialog di Graha BNPB, Jakarta, Senin 10 Agustus 2020 sesuai siaran pers BNPB yang diterima Tribunjabar.id, Selasa (11/8/2020).

Lebih lanjut, Dewi menjelaskan peringkat kabupaten/kota di Jabar berdasarkan jumlah kumulatif kasus Covid-19 pada peringkat nasional.

Kota Depok menempati posisi pertama provinsi dan ke-17 di peringkat nasional.

“Yang pertama ini memang ada di kota Depok, ini peringkat 17 dalam peringkat nasional,” ucap Dewi.

Tidak hanya itu, berdasarkan analisis insiden kumulatif kasus per 100 ribu penduduk, Kota Depok masih menempati peringkat pertama provinsi dan peringkat ke-68 nasional.

Angka Kasus Positif Covid-19 di Kota Cimahi Melonjak, Didominasi ASN dan Pegawai RSUD Cibabat

Anggota TNI di Indramayu Positif Covid-19, Diduga Tertular Saat Bertugas di Papua

Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa analisis per 100 ribu penduduk digunakan untuk melihat laju penularan dan menyamakan perbandingan jumlah penduduk di masing-masing daerah.

“Kita bisa melihat laju penularan yang ada di sana. Misalnya begini, kita melihat hanya angka bulatnya saja, dua daerah sama-sama 100.

Tapi ternyata jumlah penduduk di kota A ini ada seribu yang satu 10 ribu. Pasti kita akan melihat perbedaan.

Di sini kita melihat berarti yang 100 kasus per 10 ribu, tentu jauh lebih kecil laju penularannya dibandingkan dengan yang seribu,” jelas Dewi.

Selain itu, Dewi memaparkan angka kematian Covid-19 Jabar berada di bawah angka kematian nasional dan rata-rata dunia, yaitu sebesar 3,01 persen.

Angka kematian yang cukup baik menandakan penanganan yang baik pula sehingga angka kematiannya relatif rendah.

“Dari seluruh jumlah kasus positif, ini persentasenya 3,01 di bawah nasional, di bawah rata-rata dunia juga.

Kisah Fadly Driver Ojol di Bandung Lolos Tes Uji Coba Vaksin Covid-19, Hari Ini Akan Divaksin

Kepala Daerah yang Ikut Uji Klinis Vaksin Covid Tak Perlu Mengaitkan dengan Isu Politis

Jadi memang kita melihat ada angka kematian yang cukup baik. Artinya apa, tertangani pasien-pasien yang ada disana, sehingga angka kematiannya juga termasuk kecil,” ujar Dewi.

Pada dua pekan terakhir, data menunjukkan pergeseran zonasi risiko Covid-19 pada kabupaten/kota di Jawa Barat.

Terjadinya penambahan pada zona risiko sedang, penurunan di zona risiko rendah, dan satu kabupaten kota berada di zona risiko tinggi, yaitu Kota Depok.

Dewi menjelaskan, faktor yang menyebabkan tingginya kasus Covid-19 di Kota Depok adalah tingginya mobilitas penduduk ke daerah Jabodetabek.

“Mungkin ternyata memang yang di Depok ini juga cukup banyak yang memang positifnya itu karena mobilitasnya sangat tinggi, terutama ke daerah Jabodetabek itu sudah seperti satu area yang tidak terpisahkan,” tutur Dewi.

Lebih lanjut, Dewi memaparkan klaster-klaster yang ditemukan di Provinsi Jawa Barat.

UPDATE Covid-19 di Kabupaten Sukabumi, Kasus Positif Bertambah 9 Orang, Termasuk 2 Remaja

Driver Ojol dan Istrinya Daftar Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19, Ini Motivasi Mereka

Terdata sebanyak 150 klaster dengan total kasus sebanyak 476 kasus.

Peringkat klaster tertinggi Jabar berasal dari pemukiman, dan diikuti oleh fasilitas kesehatan, perkantoran, dan rumah ibadah.

Dewi menegaskan bahwa data klaster dianalisis berdasarkan domisili, bukan berdasarkan Nomor Induk Kependudukan (NIK).

“Data ini memang harus kita analisis berdasarkan domisili. Bukan berdasarkan NIK,” tegas Dewi.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengupayakan penanggulangan Covid-19 di berbagai bidang, seperti pelayanan kesehatan, sosial dan ekonomi, teknologi informasi, dan berupa kebijakan yang diterapkan.

Terakhir, Dewi menyampaikan bahwa sejauh ini masih banyak hal yang harus dilakukan oleh semua pihak, terutama merubah perilaku masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.

“Pekerjaan kita masih banyak terutama, perubahan perilaku. Ini adalah tugas untuk kita semua, bagaimana seluruh masyarakat Indonesia patuh, disiplin, menerapkan protokol kesehatan, dimanapun berada,” tutupnya. (*)
 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved