Puluhan Tahun Kerja di Perusahaan Asing, Nurul Pilih Berbisnis, Dirikan Cafe Parabox di Kuningan

Cafe Parabox di Kelurahan Purwawinangun, Kabupaten Kuningan merupakan tempat yang nyaman

Editor: Ichsan
tribunjabar/ahmad ripai
Puluhan Tahun Kerja di Perusahaan Asing, Kini Nurul Pilih Berbisnis, Dirikan Cafe Parabox di Kuningan 

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNJABAR.ID, KUNINGAN - Cafe Parabox di Kelurahan Purwawinangun, Kabupaten Kuningan merupakan tempat yang nyaman bagi anak muda untuk nongkrong dan menikmati kuliner.

Cafe Parabox didirikan oleh Nurul Kodri, setahun lalu. Pria murah senyum ini sebelumnya puluhan tahun bekerja di satu perusahaan asing.

Nurul mengatakan melalui usahanya ini, ia ingin membangun Kuningan melalui sektor ekonomi.

"Untuk omzet setiap akhir pekan biasanya sekitar Rp 11 juta. Kalau hari biasa Rp 7-8 jutaan," kata Nurul.

Konsep Cafe Parabox, kata Nurul, diciptakan untuk kalangan milineal dan meja untuk pengunjung pun diberi nama daerah dengan singkatan atau akronim versi manajamen parabox.

"Seperti Jogya (Jodoh orang aku jagain, red), Bekasi dan Purwakarta dan daerah lainnya," katanya.

Air Panas Itu Muncul dari Dalam Bebatuan di Gunung Tikukur, Masih Misteri karena Bukan Gunung Api

Menyinggung nama parabox, kata Nurul, awalnya ingin mendatangkan box atau kontainer dengan jumlah banyak.

"Jadi konsep cafe itu beberapa box yang di desain sedemikian rupa, sesuai dengan tata kelola kami," katanya.

Namun, kata Nurul, belum juga beli kontainer sebanyak 10 unit, dengan masing - masing seharga Rp 37 juta untuk per unitnya.

"Kami kordinasi dengan pemerintah melalui dinas terkait, dan hasilnya bahwa kegiatan (bongkar pasang kontainer, red) itu tidak boleh dilakukan. Karena bisa makan lama fasilitas umum disini," ujarnya.

Dengan demikian, kata Nurul, konsep parabox atau beberapa box saat sekarang. "Tidak jauh berbeda dengan rencana awal sebelumnya," katanya.

Untuk pelayan atau karyawan parabox, kata Nuriu, ini bergaya seperti karyawan di sebuah industri atau perusahaan besar saat menjalani aktivitas produksi.

Puncak Arus Balik Idul Adha, Jalur Pantura Indramayu Padat Merayap

"Jadi karyawan kami seolah berada di kawasan industri besar, seperti terlihat pada mereka yang menggunakan helm safety dan rompi, layaknya pekerja yang biasa di lapangan," katanya.

Nurul menceritakan, usaha kuliner dengan menyajikan tempat nyaman bagi kalangan milineal. Tidak sedikit melakukan penolakan terhadap pengunjung yang datang.

"Ya, masalahnya tidak ada lahan parkir dan kami melakukan usaha seperti ini, sudah bermitra dan mewadahi banyak komunitas di Kuningan. Jadi setiap hari atau di waktu akhir pekan itu selalu ada event terus," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved