Tes Swab Harusnya Bukan Cuma Menyasar kepada Guru Saat Akan Dilaksanakan KBM Tatap Muka
Kepala SMKN 15 Bandung, Rini Ambarwati, mendukung langkah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Penulis: Cipta Permana | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kepala SMKN 15 Bandung, Rini Ambarwati, mendukung langkah Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Provinsi Jawa Barat yang mewajibkan agar para tenaga pendidik di setiap sekolah yang akan menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka terlebih dahulu melaksanakan tes swab.
"Secara prinsip, saya pribadi mendukung akan adanya penerapan kebijakan tersebut. Apalagi, dengan situasi dan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, sangat dimungkinkan terjadinya klaster baru dari aktivitas kegiatan massal yang tidak terkendali," ujar Rini Ambarwati saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (26/7/2020).
Selain itu, menurutnya, upaya serupa pun seharusnya tidak hanya diwajibkan bagi tenaga pengajar, melainkan kepada semua pihak terkait lainnya. Terlebih, sebagai masyarakat Indonesia, berinteraksi langsung saat bertemu, masih menjadi budaya dan tradisi yang sulit dihindarkan.
"Jadi selain upaya antisipatif pemerintah, tapi juga dibutuhkan kesadaran bersama dari setiap masyarakat untuk tidak melakukan interaksi yang berpotensi menyebabkan terjadinya penularan dari Covid-19," ucapnya.
• Ada Luka di Wajah dan Tangan Perempuan Muda yang Mayatnya Ditemukan di Kolam di Indihiang Kota Tasik
Hal senada diungkapkan Ketua Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jawa Barat, Iwan Hermawan.
Menurutnya kewajiban menjalani pemeriksaan swab test sebelum pemberlakuan KBM tatap muka, bukan hanya menjadi tanggung jawab para guru di sekolah, melainkan juga harus melibatkan semua warga sekolah, termasuk para peserta didik.
"Upaya antisipatif ini akan menjadi sesuatu yang sia-sia kalau hanya gurunya saja, tapi para siswanya enggak diperiksa. Karena dalam KBM tatap muka itu, bukan hanya interaksi guru dengan siswa, tapi potensi yang berbahaya itu adalah antarsiswa," ujarnya juga melalu sambungan telepon, Minggu (26/7/2020).
• Pengamat Nilai Relaksasi Dunia Pendidikan Patut Dicoba, Infrastruktur Harus Lengkap
Oleh karenanya, sebagai upaya memaksimalkan antisipasi potensi penularan Covid-19, pemberlakukan kewajiban pemeriksaan swab test, harus pula diterapkan kepada seluruh warga sekolah.
Sebab, satu orang saja positif terpapar Covid-19, dapat berpotensi menularkan kepada semua orang di lokasi yang sama. Apalagi bila interaksi tersebut berlangsung dalam durasi waktu yang lama.
"Apalagi yang namanya anak-anak. ya, karena sudah sekian lama tidak bertemu, maka secara refleks mereka akan saling berjabat tangan, saling berpelukan, dan interaksi lainnya. Baik di kantin, di ekskul, termasuk di kelas yang terkadang melupakan penerapan aturan protokol kesehatan," ucapnya.
Iwan menuturkan, agar kesiapan penerapan ini ditunjang pula dengan kesiapan anggaran dari pemerintah dalam memfasilitasi kegiatan pemeriksaan swab test tersebut.
• Satu Pasien Covid-19 di Karawang Dinyatakan Sembuh, Ini Artinya Bagi Tenaga Medis
Sebab bila biaya pemeriksaan dibebankan kepada individu dari guru tersebut, akan dirasakan sangat berat, terlebih kondisi penghasilan dan status yang dimiliki dari setiap guru itu berbeda-beda.
Selain itu, dia pun berharap, agar pemerintah dapat benar-benar selektif dalam menentukan wilayah sekolah untuk dapat memberlakukan KBM tatap muka. Bahkan, menurutnya, lebih baik rencana kebijakan tersebut ditunda hingga situasi benar-benar aman.
• Kabar Buruk dari Purwakarta, 5 Orang Berasal dari Kecamatan Ini Dinyatakan Positif Covid-19
"Bagi kami sebagai orang tua siswa, rasa jenuh dan besaran biaya yang harus dikeluarkan dari kegiatan belajar secara daring tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan harus mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan dari para peserta didik atau anak-anak kami. Karena itu apabila belum benar-benar aman, sebaiknya pemerintah menunda kebijakan tersebut," katanya. (*)