Virus Corona di Jabar
UPDATE Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Bandung, Tim Riset Masih Belum Bisa Melaksanakan, Ini Alasannya
Ketua Tim Riset Prof Dr Kusnandi Rusmil, mengatakan uji coba klinis vaksin Covid-19 belum bisa dilakukan karena masih menunggu izin pengujiannya . . .
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
"Vaksin ini terbuat dari virus yang sudah dimatikan. Tetapi virus yang dimatikan itu masih mempunyai daya untuk membuat antibodi, sehingga kalau diberikan kepada orang-orang yang sakit berat, ini tidak akan berbahaya. Berbeda Kalau vaksinnya yang hidup dilemahkan. Kalau kondisi seseorang itu sedang menurun, maka virus yang lemah itu bisa menjadi aktif," katanya.
Pada tahap awal, katanya, akan dilakukan terhadap sebanyak 540 subjek atau orang selama tiga bulan.
Selain diperiksa keamanannya, juga untuk diperiksa imunogenisitasnya atau kekebalannya.
Setelah tiga bulan sampai enam bulan, hanya akan dipantau keamanannya atau efikasi.
"Jadi nanti ada kelompok yang mendapatkan plasebo dan kelompok yang mendapat imunisasi vaksin. Pada akhir penelitian mereka yang mendapatkan plasebo akan mendapatkan vaksin Covid-19, tentunya setelah diregistrasi di Badan POM. Jadi tidak ada yang dirugikan dalam hal ini," katanya.
Sejumlah orang, tuturnya, akan mendapat placebo atau hanya disuntik air untuk menentukan perbandingan antara orang yang diberi vaksin dengan yang tidak diberi vaksin.
"Subjek pada saat pra-recruitment, semua harus dalam keadaan sehat dengan pemeriksaan dokter yang lengkap. Kemudian juga ada pemeriksaan sebelumnya tidak menderita sakit Covid-19. Kemudian dalam perjalanannya apabila sakit apapun juga itu, akan di-cover oleh asuransi, sebagai standarnya, di rumah sakit di sekitar Kota Bandung," katanya.
Jika ada yang sakit saat pemantauan, semua yang sakit akan diperiksa apakah ada hubungannya dengan vaksin tersebut.
Sehingga pada akhirnya akan mempunyai data tentang keamanannya, kekebalannya, dan potensi vaksin ini memberikan perlindungan yang nyata terhadap Covid-19.
"Jadi diharapkan semua penelitian ini bisa berjalan selama enam bulan, bisa selesai. Akan tetapi setelah tiga bulan penelitian, data-data yang ada di Indonesia akan digabung dengan berbagai negara, sehingga diharapkan Januari 2021 itu sudah bisa digunakan oleh masyarakat," katanya.
Ketua Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof Dr Kusnandi Rusmil membeberkan alasan Indonesia mengambil vaksin Covid-19 dari Cina yang akan diuji klinis di Kota Bandung. Hal ini untuk mempercepat produksi vaksin Covid-19 di Indonesia.
Kusnandi mengatakan penyakit ini pertama kali merebak di Cina. Saat merebak, Cina telah memulai penelitian tentang vaksin lebih dulu dari negara lainnya.
Sampai saat ini, katanya, baru Cina yang sudah melakukan penelitian tentang vaksin tersebut mulai dari Fase 1 sampai Fase 2.
"Nah, yang sudah kerjakan Fase 1 dan Fase 2, baru di Cina. Tempat lain baru mulai di Fase 1. Kalau yang lain, nanti hasilnya lebih lama lagi ya. Karena bahan yang kita pakai ini adalah virus yang dimatikan. Jadi virus Covid-19 yang dimatikan," kata Kusnandi di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Rabu (22/7).
Untuk menjadi vaksin, katanya, harus ada penelitian yang panjang, mulai dari pre clinical trial dan clinical trial.