Klaster Covid-19 di Secapa AD Hegarmanah Kota Bandung Langsung Ditangani TNI AD
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad, mengatakan klaster
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ichsan
Penyebaran kasus Covid-19 di lembaga pendidikan tersebut, katanya, salah satu klaster penyebaran baru di Jawa Barat. Klaster baru lainnya adalah klaster industri PT Unilever di Kabupaten Bekasi dan juga sudah tertangani.
• Habib Bahar bin Smith Gugat Pencabutan Asimilasi, Kemenkum HAM Jabar Justru Optimistis Menang
"Kita juga akan melakukan permeriksaan, identifikasi terhadap potensi-potensi penyebaran baik melalui klaster ini maupun juga penyebaran yang ada di masyarakatnya dengan melakukan pengetesan 10.000 per satu minggu. Mudah-mudahan paling lambat minggu depan kita sudah menyelesaikan semua potensi terjadinya klaster penyebaran Covid di Provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTTP) COVID-19 Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan saat ini ada dua klaster baru yang sedang ditangani dan terkendali. Dua klaster baru tersebut yakni klaster industri dan klaster institusi pendidikan kenegaraan di Bandung.
Di kedua klaster ini, GTPP telah melacak secara masif dengan hasil yang cukup menggembirakan. Untuk klaster industri diketahui ternyata penularan mayoritas terjadi di tempat kos karyawan yang bekerja pada beberapa pabrik.
"Kita sudah lakukan tracing yang sangat masif karena ternyata dia ngekosnya berkumpul dengan karyawan dari pabrik lain. Tapi alhamdulillah sudah terkendali dari sisi penyebaran tidak terjadi penambahan yang masif," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, saat jumpa pers di halaman Mapolda Jabar, Kota Bandung, Selasa (7/7).
Sementara untuk klaster institusi pendidikan kenegaraan, Kang Emil tak menyebut nama institusi maupun lokasinya. Namun pelacakan sudah dilakukan bahkan akan sampai pada uji usap (PCR) anggota keluarga yang bersangkutan.
"Tidak satu institusi tapi ada beberapa. Itu juga sudah ditracing dan hari ini sampai minggu depan kita akan lakukan testing PCR kepada keluarganya," ujarnya.
Data dari PIKOBAR per 8 Juli 2020 pukul 08.00 WIB, kasus terkonfirmasi di Jabar 3.779 atau bertambah 79 kasus, dengan positif aktif 1.836 kasus. Sementara yang sembuh 1.763 atau bertambah 45 orang. Meninggal dunia menjadi 180 orang bertambah dua orang. Sementara jumlah PDP yang masih diawasi 1.226 orang dan ODP yang masih dipantau 2.491 orang.
• Dikenal Sangar, Ternyata Gini John Kei Saat di Rumah, Bocoran dari Putrinya: Masak Bareng, Olahraga
Kang Emil menginstruksikan seluruh kabupaten/kota rutin melaporkan data kasus secara cepat dan transparan karena keputusan GTPP harus selalu berdasarkan data.
"Jadi kalau data daerah belum lengkap cara kita merespons juga kurang optimal. Karena data Jabar ini akumulasi 27 daerah maka saya minta daerah melaporkan data secara cepat dan transparan," katanya.
Gubernur juga meminta daerah untuk meningkatkan sistem pelacakan. Sebab kunci penanganan COVID-19 adalah pelacakan, pengetesan dan isolasi.
"Partisipasi menurut WHO adalah kunci dari pengendalian COVID-19 sehingga kesiapan-kesiapan testing di daerah juga harus diperkuat khususnya dengan tes PCR yang targetnya minimal 10 ribu sampai 15 ribu PCR testing per minggu," kata Kang Emil.
Gugus tugas Jabar dan 27 daerah juga akan memperkuat kampanye di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Hal ini mengingat masih banyak masyarakat yang menganggap AKB adalah kehidupan normal seperti sebelum ada COVID-19.
"Jadi dua minggu ke depan edukasi dalam bentuk video, iklan dan lainnya harus ditingkatkan di level kota/kabupaten dan provinsi terkait AKB ini," tuturnya.
Gubernur menegaskan bahwa Jabar saat ini masih melaksanakan PSBB yakni PSBB proporsional di Bodebek dan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di kawasan non Bodebek.