George Floyd Ternyata Positif Covid-19 Sebelum Meninggal Karena Lehernya Ditindih Polisi

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan tes RNA positif tidak selalu berarti virus itu menular.

Editor: Ravianto
CBS Evening News
Derek Chauvin saat menekan leher George Floyd dan mengakibatkan dia meninggal. 

TRIBUNJABAR.ID, MINNEAPOLIS - George Floyd, pria kulit hitam yang tewas setelah lehernya ditindih lutut seorang polisi ternyata positif Covid-19.

Positifnya George Floyd itu didapat setelah hasil autopsina keluar.

George Floyd sendiri memang sempat berkata "saya tak bisa bernapas" saat ditindih hingga akhirnya meninggal dunia.

Hasil autopsi lembaga independen pun mengatakan tidak hanya tindihan pada leher George Floyd saja, tetapi tindihan pada punggung George juga disebut sebagai pemicu kematian.

Namun baru-baru ini, beredar informasi baru terkait kematian George Floyd.

Geoge Floyd dites positif virus corona berminggu-minggu sebelum kematiannya.

Melansir NBCNews, dokumen setebal 20 halaman yang dirilis oleh Kantor Pemeriksa Medis Kabupaten Hennepin mengatakan pengetesan yang dilakukan pada 3 April terhadap George Floyd positif untuk kode genetik virus, atau RNA.

Karena RNA itu dapat tetap berada dalam tubuh seseorang selama berminggu-minggu setelah penyakitnya hilang, otopsi mengatakan, tes positif kedua setelah kematiannya kemungkinan berarti bahwa George Floyd, 46 tahun, tidak menunjukkan gejala dari infeksi sebelumnya ketika dia meninggal pada 25 Mei.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan tes RNA positif tidak selalu berarti virus itu menular.

Belum jelas apakah Floyd mengalami gejala pada awal tahun atau merupakan pembawa (carrier) yang tidak menunjukkan gejala.

Sebelumnya, Reuters memberitakan, dua orang dokter yang melakukan otopsi independen terkait kematian George Floyd mengatakan pada hari Senin ia meninggal karena sesak napas dan kematiannya adalah aksi pembunuhan.

Melansir Reuters, para dokter juga mengatakan George Floyd tidak memiliki kondisi medis dasar yang berkontribusi pada kematiannya.

Dijelaskan pula, ia kemungkinan meninggal sebelum dimasukkan ke dalam ambulans.

Hasil otopsi independen itu bertentangan dengan temuan awal otopsi resmi oleh Pemeriksa Medis Kabupaten Hennepin, yang dikutip dalam dokumen tuntutan pengadilan terhadap petugas polisi yang mendorong lututnya ke leher George Floyd selama beberapa menit.

Temuan awal itu mengatakan tidak ada bukti pencekikan traumatis.

Ia juga mengatakan penyakit arteri koroner dan hipertensi juga kemungkinan berkontribusi pada kematian George Floyd.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved