Ratusan Sapi dan Kerbau Eksodus ke Kebun Jagung, Petani Rugi Ratusan Juta Rupiah
Ratusan sapi dan kerbau merusak puluhan hektare kebun jagung di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Garut.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Ratusan sapi dan kerbau merusak puluhan hektare kebun jagung di Desa Tegalgede, Kecamatan Pakenjeng, Garut. Akibatnya, petani merugi hingga ratusan juta rupiah.
"Pokoknya sapi dan kerbau itu milik tiga orang di desa tetangga. Tapi sapinya dibiarkan liar di hutan. Sesekali masuk ke kebun warga," ucap Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Tegalgede, Epen Sopendi, Senin (1/6/2020).
Sapi dan kerbau yang merusak kebun jagung milik warga berjumlah ratusan. Data dari warga, sapi yang merusak kebun jagung berjumlah 120 ekor. Sementara kerbau jumlahnya lebih banyak.
Akibat gerombolan sapi dan kerbau itu, warga di tiga desa yaitu Desa Tegalgede, Tanjungjaya, dan Tanjungmulya mengalami kerugian. Pasalnya, tiap kali menanam jagung atau komoditas lainnya kerap ludes dimakan sapi dan kerbau.
"Petani sudah berusaha maksimal menjaga tanamannya. Namun gerombolan sapi itu datang saat petani lengah. Biasanya datang jelang malam. Tanaman jagungnya ludes," katanya.
Menurutnya, saat ini ada sekitar 70 petani yang jadi korban penyerobotan sapi ke kebun mereka.
Petani berharap kejadian seperti ini tidak terus terulang. Apalagi modal yang dikeluarkan tidak sedikit.
"Kerugian 70 orang petani itu bisa ratusan juta. Pasalnya luas lahan yang mereka garap lebih dari 100 hektare," ujarnya.
• Ini Identitas Korban Tabrak Lari di Jalan Tamansari, Kini Dipindahkan ke RSHS
Epen menjelaskan, warga pemilik kebun dan peternak sudah beberapa kali berunding. Namun sampai saat ini belum ada solusinya.
• Harga Bawang Merah Lokal Melejit Setelah Lebaran, Ini Penyebabnya
"Pihak Polsek Pakenjeng beberapa kali memediasi pemilik kebun dan peternak. Namun kejadiannya terus berulang," ucapnya.
• Pelanggan PDAM Bandung Diimbau Bayar Tagihan Tetap Secara Online, Restoran Ajukan Penangguhan
Epen mengatakan, petani sebenarnya tidak meminta ganti rugi. Mereka hanya berharap ada tindakan tegas sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi. (*)