Perajin Kolang-kaling di Cipongkor KBB Sempat Akan Membuang Bahan Baku Saking Pembeli Sepi
Perajin kolang-kaling atau yang dikenal dengan nama curuluk di Kampung Cipari Kidul, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, KBB, gigit jari.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, CIPONGKOR - Perajin kolang-kaling atau yang dikenal dengan nama curuluk di Kampung Cipari Kidul, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), harus gigit jari pada Ramadan tahun ini. Di bulan yang biasanya selalu terjadi peningkatan pembeli, tidak berlaku pada Ramadan sekarang.
Padahal pada Ramadan tahun sebelumnya, buah dari pohon aren ini biasanya mengalami peningkatan penjualan. Hal tersebut seiring dengan banyaknya masyarakat yang menjadikan kolang-kaling menjadi menu wajib untuk sajian saat berbuka puasa.
Namun Ramadan tahun ini, akibat adanya pembatasan aktivitas sosial karena pandemi Covid-19, menyebabkan penjualan kolang-kaling tersungkur hingga perajin berniat membuang curuluk tersebut.
"Awal Ramadan tahun ini malah hampir mau dibuang karena permintaan tidak ada. Baru sekarang mulai banyak permintaan," ujarnya Ai Rosmiati (32), seorang perajin kolang-kaling di Cipari, belum lama ini.
Pada tahun sebelumnya, permintaan curuluk mulai meningkat menjelang Ramadan hingga perajin kewalahan memenuhi permintaan pasar. Bahkan dalam sehari, perajin bisa memproduksi kolang-kaling mencapai 30 kilogram.
Ai mengatakan, harga yang dijual kepada bandar pun bisa mencapai Rp 10 ribu per kilogram. Padahal pada hari biasa kolang-kaling hanya dibayar Rp 4.000 per kilogram.
"Baru sekarang harganya bagus, tapi ketersediaan curuluk dari pohon sudah habis. Sehari paling dapat 30 kilogram," katanya.
Perajin lainnya, Obar (55), warga Kampung Sanayang, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, KBB, mengaku bisa menjual lima kuintal kolang kaling setiap Ramadan. Beda dengan bulan biasa, hanya dua kuintal.
• Aksi Kriminalitas di Kabupaten Cirebon Masih Didominasi Kasus Curanmor
"Biasanya pembeli langsung datang ke sini. Tapi awal Ramadan tahun ini memang sepi, pembelinya tak seramai tahun lalu," katanya.
Ia mengatakan, proses pembuatan kolang-kaling dimulai dari pemisahan buah dari batang lalu direbus selama dua jam untuk menghilangkan getah.
• Jual Daging Babi yang Diolah Menyerupai Daging Sapi, Polisi Tangkap Empat Orang di Bandung
Kemudian, bahan baku tersebut dimasak, lalu didiamkan dan nantinya akan dilanjutkan dengan pengupasan untuk mengeluarkan kolang-kaling. Terakhir, isinya yang berwarna putih dipipihkan dengan cara dipukul.
Setelah dipipihkan, kolang-kaling harus direndam air selama tiga hari untuk kemudian bisa dipasarkan.
• Pemain Persib Bandung Sudah Tujuh Pekan Latihan Mandiri, Ini Komentar Pelatih Robert Alberts
"Prosesnya memang panjang karena harus melalui beberapa tahapan agar kolang kaling empuk dan siap dijadikan menu masakan," kata Obar. (*)