VIDEO Kisah Perempuan Muda Perajin Coet di Cianjur, Tetap Bertahan di Tengah Pandemi Corona
Di tengah pandemi corona, seorang perempuan muda perajin coet (ulekan) tradisional, Rani Anjani
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: yudix
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Di tengah pandemi corona, seorang perempuan muda perajin coet (ulekan) tradisional, Rani Anjani (22), berusaha bertahan dengan tetap memproduksi coet setiap hari.
Meski hambatan pemasaran yang terkendala pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ia tetap membuat coet sebanyak 100 buah perharinya.
Usaha yang ditekuni dan merupakan warisan usaha kerajinan keluarga ini bertempat di Kampung Ciluncat, Desa Cibadak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.
Rani berharap pandemi corona segera berakhir dan PSBB juga. Ia mengatakan untuk warga di daerah meski tak terimbas langsung tapi untuk distribusi ke luar kota mulai terganggu.
"Saya tetap bertahan Pak, sehari saya mampu membuat coet sebanyak 100 buah, kalau sebulan bisa ada tiga ribu coet yang siap didistribusikan," kata Rani.
• Jejak Licin Ferdian Paleka Youtuber Sampah Berakhir Setelah 4 Hari, Ini Cara Dia Tak Terendus Polisi
Menurutnya, proses pembuatan coet hingga siap didistribusikan memakan waktu sekitar satu bulan.
"Kalau bikinnya cepet, tapi nanti ada proses pengeringan selama seminggu. Setelah kering lalu dibakar, setelah itu ada proses pengkondisian," katanya.
Sejak pandemi corona, coet yang ia buat belum berhasil didistribusikan. Namun ia tetap optimistis bisa memasarkan semua coetnya.
"Coet berukuran besar dihargai Rp 5 ribu dan coet ukuran kecil dihargai Rp 1.500 kepada bandar yang datang," katanya.
Namun sudah beberapa pekan bandar coet terkendala pandemi corona dalam memasarkan barang.
"Iya pa saya berharap semua yang berkaitan dengan pandemi corona segera berakhir," katanya sambil telaten membuat coet.
• Hari Ini Bandara Soekarno-Hatta Langsung Membeludak, 11 Penumpang Ketahuan Positif Corona
Seorang warga lainnya, Hendar (35), memproduksi kerajinan dari tanah liat juga. Ia memproduksi hawu atau kompor tradisional yang juga dari tanah liat.
Hendar mengatakan, ia pun cukup terkena imbas dalam memasarkan barang hasil produksinya.