Tips Mengatasi Stres Menghadapi Wabah Covid-19 di Bulan Ramadan
Menghadapi wabah Covid-19, Trainer Motivasi dari PPNI: diperlukan sikap yang tepat dari seseorang, terlebih saat ini bertepatan dengan bulan Ramadan.
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Kemal Setia Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wabah Coronavirus ( Covid-19) telah berdampak secara luas ke seluruh penjuru dunia. Data WHO menunjukkan sudah 215 negara tepapar Covid-19.
Hal ini menimbulkan dampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari dampak fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual.
Menurut Trainer Motivasi Pengurus DPD PPNI Kota Bandung, Masdum Ibrahim, menghadapi wabah ini, diperlukan sikap yang tepat dari seseorang, terlebih saat ini bertepatan dengan bulan Ramadan.
• Sabandung Bantu Warga Mulai Hari Ini, Jangan Sampai Ada yang Kelaparan di Kota Bandung
Masdum mengatakan bahwa tidak sedikit orang yang stres dan cemas menghadapi wabah ini. Untuk itu dia memberikan berbagai tips dan solusi menghadapi wabah Covid-19, agar masyarakat tidak panik
"Yang paling utama, kita sebagai muslim harus ingat anjuran Rasulullah SAW yang bersabda; tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid)," kata Masdum kepada Tribun Jabar, Kamis (7/5/2020).
Masdum menyebutkan bahwa koronavirus merupakan virus jenis baru yang sampai saat ini masih belum ada obat secara pastinya, penularannya masif dan bisa terjadi kepada seluruh lapisan masyarakat.
Meningkatnya data terkonfirmasi positif Coronavirus (Covid-19), ketakutan akan stigmatisasi di masyarakat, kekhawatiran akan keberlangsungan kehidupan: kondisi ekonomi, bahan makanan dan pekerjaan menjadi stressor sehingga dapat menimbulkan stres.
• STIKep PPNI Jawa Barat Penuhi Permintaan Tenaga Kesehatan Terkait Covid-19
Ketua DPK PPNI STIKep PPNI Jawa Barat yang juga dosen STIKep PPNI Jawa Barat dan pengurus Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) Jawa Barat, ini menyebutkan bahwa stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang diterima sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya..
Secara umum orang yang mengalami stres merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih ketakutan , depresi cemas dan marah. Terdapat tiga aspek gangguan seseorang yang mengalami stres yaitu gangguan aspek fisik, kognitif (pemikiran) dan emosi.
Gejala fisik yang dialami sesorang yang stres ditandai dengan adanya denyut jantung yang meningkat, tangan berkeringat, sakit kepala, sesak napas, rasa mual, perasaan tidak nyaman pada saluran pencernaan dan perubahan berat badan secara drastis.
Dari aspek kognitif (pemikiran) stres ditandai dengan lupa akan sesuatu, sulit berkonsentrasi, cemas mengenai sesuatu hal, sulit untuk memproses informasi, mengemukakan pernyataan negatif terhadap diri sendiri.
"Sedangkan dari aspek emosi stres ditandai dengan sikap mudah marah, cemas dan cepat panik, ketakutan, sering menangis dan mengalami konflik intrapersonal (dalam diri)," katanya.
Masdum mengatakan bahwa kemampuan menghadapi stres ada dua yakni kemampuan adaptif dan maladaptif.
Kemampuan adaptif adalah mekanisme yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Penggunaan kemampuan adaptif memungkinkan seseorang akan responsif terhadap stres yang terjadi akibat Covid-19 dengan menunjukkan sikap tenang, antisipasi, menaati protokol yang berlaku dan tetap berpikir positif.
Sementara kemampuan maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
"Penggunaan kemampuan maladaptif memungkinkan seseorang akan reaktif terhadap stres yang terjadi akibat Covid-19, misalnya seseorang yang panik membeli dan menimbun kebutuhan bahan pokok, bahan disinfektan, masker dan lainnya untuk kepentingan dirinya dan keluarganya, cenderung tidak memperhatikan protokol yang ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tidak boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madlarat (HR Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn ‘Abbas)," ujarnya.

Masdum memberikan tips dan trik dalam penanganan stres dan kecemasan di tengah pandemi Covid-19, khususnya di Bulan Ramadan ini.
Pertama adalah fisik harus rileks yang dapat dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam. Posisikan tubuh dalam kondisi rileks, tarik nafas dari hidung, tahan di perut dan keluarkan dari mulut. Dapat diulang beberapa kali, diiringi musik yang disukai atau instrumen, bisa juga dilengkapi aroma terapi. Lakukan secara rutin minimal sebelum tidur dan saat bangun tidur.
Di bulan puasa ini, kata dia, selain dengan teknik relaksasi nafas dalam, mendengarkan murrotal Al-qur’an pun dapat menimbulkan kondisi fisik yang rileks. Penelitian yang dilakukan Abdurochman (2010), menunjukkan anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Al-Quran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres.
"Adapun bacaan Al-Quran yang didengarkannya merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama yang bermakna positif lalu mengumpulkan bacaan (murattal) ayat-ayat tersebut. Pada saat mendengar bacaan Al-Quran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi tersebut," katanya.
Tip kedua adalah emosi positif dimana hal ini dapat meningkatkan endorfin sehingga dapat meningkatkan imunitas dan patuh terhadap protokol kesehatan. Sebaliknya, emosi negatif dapat menurunkan imunitas dan beresiko terpapar infeksi ataupun virus.
Untuk melatih emosi positif dapat dilakukan bicara positif pada diri sendiri ( Positive Sef-Talk). Kenali diri sendiri, promosikan kemampuan diri, pertahankan optimisme pada diri, bangun harapan, bahagia dan gembira (Jantz, G.L, 2016). Sebaliknya bicara negatif pada diri sendiri (self-talk negative ) dapat membahayakan diri sendiri. Saat ini kita sedang melaksanakan ibadah puasa ramadhan. Berpuasa adalah tidak hanya menahan lapar dan dahaga tetapi berlatih menahan nafsu dan amarah. Dengan berpuasa mampu meningkatkan emosi yang positif.
Tip ketiga adalah pikiran positif. Ini dipercaya bisa mengatasi pikiran yang stres yaitu melalui afirmasi positif. Kegiatan yang dilakukan dalam kondisi rileks dan fokus dengan mengatakan “Saya Sehat”, “Saya Percaya Diri”, “Saya Semangat”. Sebagai muslim, menurut Masdum, kita meyakini bahwa Allah tergantung prasangka hambanya seperti hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bersabda Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).
"Husnuzhan kepada Allah, itulah yang diajarkan pada kita dalam doa. Ketika kita berdoa pada Allah kita harus yakin bahwa doa kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya doa dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya doa," ujarnya.
Tips berikutnya adalah perilaku positif yang dapat dilakukan terhadap diri sendiri, keluarga, teman, lingkungan sekitar atau pada pasien bagi tenaga kesehatan. Memberikan role model yang baik dalam segala aspek. Peduli terhadap tetangga, peduli terhadap tenaga kesehatan dan peduli terhadap sesama. Hal ini kita yakini telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah.
Madum juga memberikan tip lainnya yakni relasi positif yang harus terus dijalankan walaupun saat ini berkomunikasi dilakukan secara daring seperti menyapa, mengirim dan membagikan hal yang positif (bagikan pengalaman menyenangkan, cerita lucu, membuat kreasi menyayi bersama) dan bergembira bersama.
"Tips terakhir dari saya adalah spiritual quastion positif yakni meningkatkan ibadah, berdo’a dan berserah diri, terutama di bulan Ramadan ini. Mohon perlindungan kepada Sang Pencipta karena apapun tidak akan menimpa kita tanpa seizin-Nya. Firman Allah SWT; Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8 : 61)," kata Masdum. (kemal setia permana)