Utang Puluhan Juta Rupiah di Masa Pandemi, Nelayan Garut Tak Ambil Pusing
Berutang puluhan juta rupiah di masa pandemi, nelayan Garut tak ambil pusing.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: taufik ismail
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Sulitnya menjual hasil tangkapan ikan membuat para nelayan di Rancabuaya, Kecamatan Caringin memiliki utang yang cukup besar.
Uang pinjaman itu digunakan nelayan untuk ongkos operasional melaut.
"Kayak untuk beli BBM biasanya pinjam dulu ke tengkulak. Kalau enggak seperti itu, mereka enggak bisa melaut. Jadi harus punya modal dulu," ujar Ketua Nelayan Rancabuaya, Asep Hidayat, Kamis (7/5/2020).
Selama masa pandemi Covid-19 ini, para nelayan memiliki utang yang beragam. Mulai dari paling kecil sekitar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta dan terbesar Rp 50 juta sampai Rp 70 juta.
Uang pinjaman itu sulit dikembalikan dalam waktu cepat dalam kondisi seperti saat ini.
"Untungnya tengkulak mengerti dan enggak menagih kayak hari biasa. Dibayarnya nanti kalau sudah normal lagi. Sekarang mau bayarnya saja susah, ikan saja enggak laku dijual," katanya.
Jumlah perahu yang melaut, lanjutnya, juga ikut dibatasi. Jika biasanya ada 150 sampai 200 perahu yang melaut, saat ini hanya ada 30 sampai 50.
Pembatasan dilakukan agar para nelayan bisa mendapatkan hasil tangkapan yang lebih maksimal.
"Tak semua nelayan punya bos. Kalau yang modal sendiri, sudah tak punya uang buat beli BBM, ya tidak melaut. Kalau yang punya bos berutang untuk melaut," ucapnya.
Para nelayan juga tak mendapat bantuan dari pemerintah, semisal subsidi untuk bahan bakar. Meski begitu, Asep menyebut nelayan tak terlalu banyak mengeluh karena sudah terbiasa dengan kondisi sulit.
"Nelayan juga mengerti kalau soal bantuan. Utang banyak, jual ikan susah sudah jadi tanggungan sendiri. Padahal nelayan salah satu yang kena dampaknya. Pasrah saja," ujarnya.
Sampai saat ini, para nelayan masih terus bertahan dan tak beralih profesi. Jika tak mendapat ikan, biasanya mereka beristirahat dua sampai tiga hari. Seperti hari ini, Asep menyebut tak ada nelayan yang melaut karena cuaca yang buruk.
"Untuk makan tidak susah karena masih ada dari tangkapan ikan. Ke bakul-bakul juga minta perhatiannya untuk nelayan, minimal makannya. Hal wajar saat ini, tak bisa beli beras apa salahnya konsumsi ikan. Tapi alhamdulillah belum ada yang sampai kelaparan," katanya.
• Soal Materi Taman Nasional Betung Kerihun, Program Belajar dari Rumah TVRI untuk SMP, Jumat 8 Mei