Kesedihan Pramugari saat Pandemi Covid-19, Tak Bisa Dampingi Pemudik dan Merasa Hilang Separuh Jiwa

Bagi seorang pramugari, menjalani masa bekerja di rumah akibat adanya pembatasan penerbangan selama pandemi Covid-19 bukanlah hal mudah.

Istimewa
Dewi Fitriani, pramugari asal Kabupaten Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bagi seorang pramugari, menjalani masa bekerja di rumah akibat adanya pembatasan penerbangan selama pandemi Covid-19 bukanlah hal mudah.

Jika dulu biasanya setiap hari bepergian dan mendampingi para penumpang pesawat, kini mereka harus diam di rumah.

Pramugari asal Margahayu, Kabupaten Bandung, Dewi Fitriani (26), mengatakan hal yang paling membuatnya sedih bukanlah kondisi yang membuatnya harus diam di rumah.

Jejak Digital Ferdian Paleka, YouTuber Bandung Prank Sembako Sampah ke Waria, Sebelumnya Tanyai PSK

Dewi mengatakan dirinya sangat sedih merana tahun ini tidak bisa mendampingi para penumpang yang mudik.

"Sedihnya sekarang kita tidak terbang, tapi kita sendiri tidak bisa mudik juga. Kalau lagi terbang biasanya kesedihan tidak bisa mudik teralihkan sama kegiatan kita. Bahagia mengantar orang-orang yang mudik bertemu keluarganya, kadang ada beberapa penumpang yang ngucapin selamat Idulfitri sambil ngasih kue kering atau gift buat kita yang tugas saat itu," kata Dewi saat dihubungi melalui ponsel, Senin (4/5/2020).

Dewi mengatakan sejak diberlakukan pembatasan penerbangan, dirinya harus tinggal di rumahnya di Jakarta.

ILUSTRASI - Nama pramugari Siwi Sidi ramai dibicarakan, setelah sebelumnya juga Puteri Novitasari Ramli juga ramai dibicarakan.
ILUSTRASI - pramugari (travelandleisure.com via Bangka Pos)

Awalnya Dewi berpikir akan bahagia karena bisa menjalankan ibadah puasa, dari mulai sahur sampai berbuka puasa di darat.

"Jadi benar-benar seperti orang kebanyakan karena itu tidak biasa kami rasakan tiap tahunnya. Dan lama kelamaan mulai terasa bosan, apalagi ditambah benar-benar tidak bisa ke mana-mana. Kebanyakan dari kami itu kan bukan warga Jakarta, keluarga kami lebih banyak di daerah," tuturnya.

KEUTAMAAN 10 Hari Kedua Ramadhan, Saatnya untuk Tobat, Pintu Ampunan Dibuka Seluas-luasnya

Dewi mengatakan ia mulai merasakan penat sampai pusing. Kebingungan karena tidak terbiasa memiliki waktu luang sebanyak sekarang.

Akhirnya dia dan rekan-rekannya menghabiskan waktu dengan berkreasi, dari mulai memasak sampai bisnis makanan.

"Ya akhirnya kita cari cara buat killing time yang bisa menghasilkan biar produktif. Akhirnya kebanyakan dari kami ada yang belajar masak, bikin kue, dessert, sampai ada yang jualan juga. Tiba-tiba kami semua punya keahlian memasak kayaknya," ujarnya.

HATI-HATI, Kendaraan Pribadi yang Mengangkut Pemudik Akan Ditahan Polisi

Sebelum ada pembatasan kegiatan di luar rumah, katanya, sempat ada yang membuat grup dancer, grup workout, sampai grup lari sore.

Namun kini setelah pembatasan sosial berskala besar, kreativitas mereka benar-benar diuji supaya tidak bosan karena diam saja di rumah.

"Sekarang kami kehilangan jam terbang. Sama kehilangan my beloved passangers," ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved