Bulan Ramadhan
Jadwal Sholat dan Buka Puasa Hari Ini Puasa Ramadhan 27 April untuk Bandung Raya dan Kota Lainnya
Keterangan jadwal sholat dan buka puasa hari ini 4 Ramadhan 27 April 2020 ada di dalam artikel ini.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Hilda Rubiah
Artinya, “Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, yaitu Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid, kami mendapat riwayat dari Marwan, yaitu Bin Salim Al-Muqaffa‘, ia berkata bahwa aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya. Ia berkata, Rasulullah bila berbuka puasa membaca, ‘Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insyâ Allah’,” (HR Abu Dawud)

Perbedaan pendapat ibu menimbulkan kontroversi. Lalu doa buka puasa mana yang benar dan sesuai dengan yang diamalkan Rasulullah SAW?
Masih mengutip sumber yang sama, doa buka puasa yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim lebih shahih dibandingkan Abu Dawud berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadits.
Artinya, doa buka puasa yang biasa diucap masyarakat sudah benar.
Bagaimana hukumnya membaca doa buka puasa yang diriwayatkan Abu Dawud?
Ulama dari Madzhab Syafi'i menggabungkan dia riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud.
Hal tersebut disebutkan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi berikut ini:
االلّهُمَّ لَكَ صُمْتُ( ويسن أن يزيد على ذلك وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ.
Artinya, “(Allâhumma laka shumtu wa ‘alâ rizqika afthartu) dianjurkan menambahkan lafal, wa bika âmantu, wa bika wa ‘alaika tawakkaltu. Dzahabaz zhama’u, wabtallatil ‘urûqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Yâ wâsi‘al fadhli, ighfir lî. Alhamdulillâhil ladzî hadânî fa shumtu, wa razaqanî fa afthartu,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385).
Permasalahan perbedaan itu harus disikapi dengan bijak.
Para ulama terdahulu sangat bijak dalam mengatasi perbedaan riwayat.
Mereka menggabungkan dua riwayat yang berbeda tanpa menegasikan, menyalahkan, atau mengecilkan riwayat lain.