Pengusaha Katering, Saat Pandemi Virus Corona, Terima Pesanan untuk Donasi Tidak Hitung Keuntungan
DESTINY Catering terpaksa merumahkan 135 orang karyawannya karena pesanan banyak yang tertunda dan dibatalkan.
DESTINY Catering terpaksa merumahkan 135 orang karyawannya karena pesanan banyak yang tertunda dan dibatalkan.
Perusahaan katering yang berada di Jalan Srimahi ini kini hanya mengerjakan 7 karyawan untuk donasi bagi paramedis di ke RS Hasan Sadikin Bandung.
"Untuk pesanan donasi, kami tidak memperhitungkan uangnya. Kami senang bisa membantu," kata Derry Septiadi, pemilik Destiny Catering, kepada Tribun lewat telepon, Selasa (14/4).
Perusahaan katering milik Derry ini harus berjuang agar tetap hidup. Selain menerima pesanan untuk donasi, Destiny mencoba membuat menu-menu rumahan untuk orang-orang yang harus tinggal di rumah.
Menurut Derry, menyiapkan katering untuk harian hasilnya memang ada, tapi tidak banyak. Derry merasa kateringnya harus bersaing ketat dengan restoran yang menawarkan layanan take away.
Pada masa pandemi virus corona ini, Derry sangat merasakan dampaknya. Dia menyebut penurunannya bisa mencapai 80-90 persen dari omzet yang biasa mereka terima.
Perusahaan katering yang juga mengalami penurunan pesanan adalah Wins Catering. Katering ini pun sama dengan Destiny melayani katering untuk pernikahan, nasi boks, dan katering sekolah.
"Katering kami benar-benar terganggu. Semua order nikahan, instansi, kampus, dan sekolah dibatalkan, ada sebagian yang di-pending menunggu kasus Covid-19 selesai," kata Ila Susilawati (35), pemilik Wins Catering, kepada Tribun melalui WhatsApp, Selasa (14/4).
Tanpa menyebut omzet sebelumnya, Ila mengatakan omzet kateringnya menurun hingga 90 persen. Termasuk pesanan untuk makanan ringan murid Play Group dan Taman Kanak Gagas Ceria di Jalan Malabar, Kota Bandung.
"Selain itu, kami memasok makanan ringan dan makan siang murid SD Gagas Ceria. Totalnya dengan anak PG dan TK sebanyak 200 murid. Sekarang berhenti dulu," kata Ila.
Katering yang berlokasi di Jalan Pelanduk ini terpaksa merumahkan 24 karyawannya. Sekarang yang masih aktif bekeja di sana tinggal enam orang saja.
Wins Catering, saat ini, menerima pesanan nasi boks dan melayani katering rumahan untuk porsi keluarga. Selain itu, kata Ila, kateringnya menjual makanan yang tahan lama untuk stok rumah, yakni dendeng balado, tempe kering, dan lain-lain.
"Enam karyawan yang masih bekerja tersebut untuk memenuhi pesanan nasi boks yang delivery only. Sekaligus hasil dari penjualan tersebut untuk mencukupi kehidupan sehari-hari karyawan," kata Ila.
Menurut Ila, katering miliknya tidak akan memecat karyawannya. Sementara ini, katanya, hanya dirumahkan. Mereka pun, kata dia, ada yang pulang ke daerah masing-masing.
Mereka yang pulang sebelumnya, menurut Ila, sudah diedukasi untuk jangan pulang. Tapi, mereka tetap memilih pulang. Mereka juga berharap segera bekerja kembali.

"Kami bingung, para karyawan minta Kantin 33 (kantin milik Wins Catering) buka kembali. Sementara kondisi belum aman," kata Ila.
Tarisa Catering, yang biasa melayani katering wisatawan yang berkunjung ke Bandung, khususnya di kawasan Lembang, pun merasakan dampak virus corona. Penerapan social distancing membuat wisatawan jarang datang ke Bandung.
Katering yang berada di Jalan Wira, Kompleks BTN Pusdik Ajen, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, ini menyediakan katering rombongan wisatawan untuk makan pagi, siang, dan malam.
"Pada Maret banyak even yang dibatalkan. Awal bulan sudah ada yang booking dari Jakarta untuk kegiatan outbond di Cikole, tapi enggak jadi karena ada virus. Banyak even yang cancel," kata Sintari (30), pemilik Tarisa Catering, lewat WhatsApp, Selasa (14/4).
Sintari berupaya usahanya tetap berjalan dengan membuat lauk-pauk yang ditawarkan ke teman-temannya, tetangga, dan warganet lewat media sosial untuk wilayah Lembang dan Bandung.
"Kami juga menyediakan camilan rumahan seperti tahu isi, pisang krispi, cincau susu, dan geci (makanan khas Lembang). Makanan berat untuk teman nasi, seperti seafood, dan ayam penyet," katanya.

Dirumahkan
Pengusaha katering semakin sulit. Wabah virus corona telah menghentikan roda perekonomian mereka. Bahkan ribuan karyawannya terpaksa dirumahkan karena sudah tidak terima pesanan. Terutama katering yang bergerak dalam layanan pesta seperti pernikahan.
Fahrur Rosidi, Ketua Harian Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) Jawa Barat, menyebut perusahaan katering di Jawa Barat sudah mati suri.
"Karyawan sebagian besar dirumahkan dan sebagian kecil menggunakan sistem kerja sif," kata Fahrur kepada Tribun lewat WhatsApp, Selasa (14/4).
Mereka yang dirumahkan, kata Fahrur, adalah karyawan outsourcing dan level bawah menengah. Menurut dia, karyawan inti, seperti kitchen dan manajemen, tetap dipertahankan dengan pengurangan besaran take home pay.
Fahrur menyodorkan hasil survei internal PPJI. Survei itu memperlihatkan, dari 97 perusahaan katering se-Jabar yang berpartisipasi mengisi kuesioner, ada 425 karyawan yang dirumahkan dari 2.675 total karyawan yang dilaporkan. "Itu hasil survei internal per 8 April 2020," kata Fahrur.
Masih mengacu pada survei tersebut, kerugian yang dialami pengusaha katering adalah berupa pemutusan kontrak dan penundaan pembayaran. "Potential profit loss mencapai Rp 6,3 miliar," kata Fahrur.
Menurut Fahrur, rata-rata karyawan yang dirumahkan masih menerima gaji penuh pada Maret. Namun, kata Fahrur, untuk bulan selanjutnya harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan tiap perusahaan.
Seperti yang dilakukan oleh Destiny Catering. Sebanyak 135 karyawan perusahaan katering ini terpaksa dirumahkan dengan tetap menerima gaji sebanyak 50 persen dari total gaji. Tujuh karyawan lagi tetap dipertahankan untuk melayani pesanan nasi boks untuk donasi bagi paramedis ke RS Hasan Sadikin Bandung.
"Kami hanya bertahan asal bisa menggaji 50 persen untuk karyawan. Sampai kapan? Yang bulan April, kami masih bisa memberikan gaji 50 persen. Namun untuk bulan depan belum tentu 50 persen," kata Derry Septiadi (52), pemilik Destiny Catering, kepada Tribun lewat WhatsApp, Selasa (14/4).
Destiny Catering adalah perusahaan katering yang menerima orderan untuk pesta, seperti pernikahan.

Menurut Derry, perusahaan katering yang beralamat di Jalan Srimahi ini, banyak menerima orderan pada pertengahan Maret untuk pernikahan. Namun, katanya, karena ada larangan orang untuk berkumpul, termasuk resepsi pernikahan, orderan tersebut direvisi.
"Sebelum puasa memang biasanya ramai. Namun, semua orderan ada yang dibatalkan ada juga dihentikan, tapi juga ada yang mengadakan akad nikah saja," kata Derry.
Derry, yang juga Pengurus Bidang Pendidikan PPJI Jabar, memiliki hitungan sendiri mengenai sulitnya perusahan katering saat ini. Menurut dia, total income-nya pun turun hingga 80-90 persen.
"Sudah ribuan karyawan dirumahkan. Kalau di Jabar bisa 12 ribu hingga 15 ribu karyawan yang dirumahkan. Hitungannya begini, perusahaan katering di Jabar 600 lebih. Anggap saja kali 20 orang per perusahaan katering yang dirumahkan, jadi sudah 12.000 karyawan di rumahkan.
Di Bandung ada 60 perusahaan kali saja 20 orang yang dirumahkan, jadi ada 1.200 orang yang dirumahkan," kata Derry.
Menurut Derry, PPJI belum memiliki solusi pasti. Hanya saja, katanya, dia berharap karyawan perusahaan katering mendapat bantuan pemerintah, seperti bantuan langsung tunai. "Kami juga terdampak. Harus ada stimulus buat karyawan," katanya. (januar ph)