Pulang dari Makam, Pelaku Culik dan Cabuli Siswa SMA, Mengaku Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama

Pelajar SMA laki-laki berinisial STN menjadi korban penculikan dan pencabulan yang diduga dilkaukan oleh Mustofa alias Musdalifa (47).

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Hilda Rubiah
Surya/Galih Lintartika
Mustofa alias Musdalifa, pelaku pencabulan siswa SMA 

TRIBUNJABAR.ID - Pelajar SMA laki-laki berinisial STN menjadi korban penculikan dan pencabulan yang diduga dilakukan oleh Mustofa alias Musdalifa (47).

Selama tiga hari STN berada di rumah pelaku dan tidak dapat pulang ke rumah.

Pelaku mengajak korban saat mereka sedang berada di sebuah masjid di Kota Pasuruan, Jawa Timur.

Saat itu, pelaku baru saja pulang dari pesarehan atau makam.

Korban saat itu sedang bersama temannya yang berinisial FHM.

Meskipun tidak kenal, tiba-tiba tersangka menghampiri mereka.

Lalu tersangka menepuk punggung korban.

Setelah itu, Mustofa mengajak korban dan FHM ke rumahnya di Grati.

FHM menolak ajakan tersebut karena merasa tidak kenal dengan korban.

Sedangkan korban tidak menolak ajakan tersangka.

Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Adrian Wimbarda, dikutip dari Surya Malang, mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada 23 Februari 2020.

Ilustrasi
Ilustrasi (Tribunnews.com)

"Katanya, tepukan tersangka ke punggung korban ini merupakan guna-guna atau hipnotis dan membuat korban tidak sadarkan diri," kata Adrian kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (17/3/2020).

Korban disekap selama tiga hari di rumah tersangka.

Selama disekap, STN dicabuli. Adrian menyebut tersangka berperan sebagai perempuan.

"Selama disekap itulah tersangka memperdayai korban," terangnya.

Pelaku mengaku lima kali memperdayai korban.

"Kami masih mendalami motif tersangka melakukan kejahatan ini," tambah dia.

Mustofa, dikutip dari Surya, mengaku tidak menghipnotis STN.

Pria di Yogyakarta Nekat Mencabuli Bocah 5 Tahun di Gang Sepi, Mengaku Kecanduan Video Porno

Pelaku Pencabulan Anak Kandung di KBB Ditangkap Polres Cimahi

Ia memang mengakui menepuk punggung korban. Tapi, kata dia, bukan berarti itu menghipnotis.

Tersangka mengaku jatuh hati pada pandangan pertama kepada korban.

Ia kemudian mengajak korban ke rumahnya.

"Dia mau. Ya sudah, saya ajak menginap di rumah saya," ujar Mustofa.

Ia mengatakan, di rumahnya, korban diperlakukan istimewa.

Hari kedua menginap, korban diajak ke Malang.

"Saya ajak ke Malang, jalan-jalan. Saya bonceng sama sepeda saya. Di sana saya makan-makan sama dia, terus pulang," kata Mustofa.

Menurut dia, hari ketiga korban diajak berbelanja di pasar.

"Setelah saya ajak ke Pasar, saya yang melepaskan dia. Saya suruh dia pulang ke rumah dan jangan bilang ke siapa-siapa," tandasnya.

Versi kepolisian, tersangka sempat mengancam korban. Namun, versi tersangka, dirinya tidak pernah mengancam ke korban.

"Dia juga mau. Dia tak suruh berhubungan juga tidak menolak. Saya tidak mengancam dia, saya hanya bilang jangan bilang siapa-siapa," papar dia.

Mustofa membantah bahwa kartu yang diamankan polisi dari rumahnya adalah kartu lintrik atau kartu untuk menghipnotis orang.

"Itu kartu untuk main saja. Saya belinya di toko, saya tidak beli di dukun atau di siapa," pungkas dia.

ilustrasi penculikan anak
ilustrasi penculikan anak ()

Setelah tiga hari disekap, korban dicari oleh orangtuanya yang panik.

Korban akhirnya diminta pulang ke rumahnya.

Tersangka mengancam korban agar tidak menceritakan kejadian tersebut.

"Tapi korban trauma, dan orang tuanya sudah panik karena mencarinya. Setelah dipaksa, korban cerita kepada orang tuanya, dan akhirnya lapor polisi," kata Adrian.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved