Disaat Gubuknya Kebanjiran, Kardi Tetap Singkirkan Sampah yang Nyangkut di Sungai Cimanuk

Kardi (70) hanya pasrah memandangi banjir dari atas gubuk yang ditinggalinya selama puluhan tahun

Penulis: Handhika Rahman | Editor: Ichsan
tribunjabar/Handhika Rahman
Kardi (70) saat terduduk memandangi banjir dari atas gubuknya ditemani sang istri di Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Kamis (5/3/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Kardi (70) hanya pasrah memandangi banjir dari atas gubuk yang ditinggalinya selama puluhan tahun di Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Kamis (5/3/2020).

Banjir tersebut menggenangi pemukiman warga akibat limpasan Sungai Cimanuk Indramayu yang meluap, padahal wilayah setempat tidak diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Saat ditemui Tribuncirebon.com, Kardi hanya terduduk pasrah ditemani sang istri, ia masih bertahan walau gubuknya sudah dikelilingi banjir.

Pria paruh baya yang bermata pencaharian sebagai buruh sekaligus penjaga Jembatan Sungai Cimanuk di desa setempat itu pun tak bisa berbuat banyak.

Sesekali ia hanya mampu menyingkirkan sampah yang menyangkut pada jembatan, setelah bersih Kardi kembali duduk di rumahnya yang berlokasi persis di samping jembatan.

Hal tersebut dilakukan Kardi berulang kali, walau apa yang ia lakukan tidak memberi dampak berarti terhadap meluapnya Sungai Cimanuk yang menggenangi rumah-rumah warga.

Terkait Corona, Gelaran Seri Kedua Proliga 2020 Bandung, Panitia Pasang Detektor dan Antiseptik

Kardi (70) saat menyingkirkan sampah yang menyangkut di jembatan di Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Kamis (5/3/2020).
Kardi (70) saat menyingkirkan sampah yang menyangkut di jembatan di Desa Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Kamis (5/3/2020). (tribunjabar/Handhika Rahman)

"Kadang-kadang banjir kaya gini setahun bisa 3 kali," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat ditemui di lokasi banjir.

Pada kesempatan itu ia juga menceritakan, banjir kali ini belum seberapa.

Banjir terparah terjadi pada April 2019 lalu yang merendam ratusan rumah di 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Indramayu, Lohbener, Sindang, Cantigi dan Pasekan.

Banjir itu terus berulang setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir atau sejak banyaknya bangunan liar yang berdiri di sisi-sisi Sungai Cimanuk.

Bangunan-bangunan liar tersebut dibangunan dengan cara mengurug tanah pada badan Sungai Cimanuk yang membuat lebar sungai mengalami penyempitan.

Anak-anak SD di Tasikmalaya Terpaksa Berangkat Sekolah Lewat Pematang Sawah di Pinggir Jurang

"Dahulu tidak seperti ini, hujan deras juga tidak sampai banjir," ujar dia.

Dirinya berharap, ada upaya dari pemerintah untuk menormalisasi Sungai Cimanuk yang menyempit dengan mengembalikan fungsi sungai seperti sediakala.

"Inginnya dinormalisasi biar tidak banjir lagi," ujar dia.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved