Selain Hujan, Ini Penyebab Lain Ambruknya Atap Kelas SDN Burujul Wetan II Majalengka, Kata Kepsek
Sebuah ruang kelas di SDN Burujul Wetan II Kabupaten Majalengka tepatnya di Jalan Desa Burujul Wetan, Kecamatan Jatiwangi ambruk, Minggu (26/1/2020).
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Sebuah ruang kelas di SDN Burujul Wetan II Kabupaten Majalengka tepatnya di Jalan Desa Burujul Wetan, Kecamatan Jatiwangi ambruk, Minggu (26/1/2020).
Usai kejadian, ruang kelas yang berada di sisi paling utara sekolah itu hancur di bagian atap.
Pantauan Tribuncirebon.com di lokasi, genting-genting tampak berserakan di dalam ruangan kelas tersebut.
• Atap Ruang Kelas SDN Burujul Wetan II Kabupaten Majalengka Ambruk, Ini Dugaan Penyebabnya

Kayu-kayu yang digunakan sebagai penyangga pun saling bertumpuk di sekitar area kelas.
Hampir seluruh atap rata dengan tanah dan hanya tembok di sekeliling ruangan yang masih berdiri kokoh.
Kepala SDN II Burujul Wetan, Suharto mengatakan, kejadian itu diduga karena bangunan yang sudah rapuh.
Selain itu, hadirnya hujan dengan intensitas tinggi mendukung ambruknya ruang kelas yang sehari-harinya digunakan oleh murid kelas III tersebut.
"Sebenarnya sudah rapuh, tapi memang belum ambruk, nah mungkin kan hujan besar bisa jadi karena hujan itu," ujar Suharto saat ditemui Tribuncirebon.com, Senin (27/1/2020).
Dirinya menyampaikan, ambruknya ruang kelas itu menjadi kekhawatiran sendiri yang dirasakan oleh dirinya beserta pihak sekolah.
Pasalnya, kejadian itu berdampak pada ruang kelas di sebelahnya, yakni ruang kelas II.
"Ini ruang yang di sebelahnya rawan ambruk juga, karena kan bangunannya menyatu dan kini antisipasinya di kosongkan, sementara para murid kelas II dialihkan jadi berangkat siang setelah kelas I," ucapnya.
Sementara, Suharto menambahkan, dengan kejadian tersebut, para murid kelas III kini dialihkan ke ruangan kelas yang lainnya.
Namun, diakuinya, ruang kelas yang kini dipakai sebenarnya tidak layak juga untuk digunakan.
"Sebenarnya tidak layak juga sih, cuma terpaksa saja. Karena tidak ada kelas lagi," kata Suharto.
Sementara, menurut murid kelas V, Angga, dengan ambruknya ruang kelas yang biasa digunakan oleh para adik kelasnya tersebut, situasi belajar tidak kondusif.
Pasalnya, selain dirinya khawatir akan terjadi ambruk susulan kelas di sekolahnya, para guru juga konsentrasi dalam pembelajaran.
"Ini banyak anak-anak yang ribut di luar kelas, dan juga gurunya suka keluar masuk kelas" jelas Angga.