KPAI : Imlek dan Hari Gizi, Momentum Kebahagiaan, Toleransi, dan Makanan Seimbang Kotak Masuk
Biasanya yang paling menikmati kemeriahan di perayaan Tahun Baru Imlek adalah anak-anak.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Biasanya yang paling menikmati kemeriahan di perayaan Tahun Baru Imlek adalah anak-anak.
Mereka bisa menikmati pertunjukan barongsai sambil menikmati kue keranjang, berburu angpao, menonton atraksi budaya, atau minimal bisa berlibur bersama keluarga menikmati kemeriahan di berbagai tempat.
Hal tersebut diungkapkan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra.
• Pilihan Lain Ucapan Tahun Baru Imlek, Bukan Gong Xi Fat Cai tapi Sin Chun Kiong Hie, Ini Maknanya

Menurutnya, melihat lilin merah dalam fisik yang besar yang dinyalakan setiap Imlek, pertunjukan barongsai, dan lampion warna warni di malam hari, akan menyita perhatian anak anak.
"Begitu juga budaya berbagi kue keranjang, dan angpao. Anak anak di Indonesia sudah biasa menyebutnya," kata Jasra melalui ponsel, Sabtu (25/1/2020).
Begitu juga, kata Jasra, para tetangga dan keluarga yang yang bertamu ke rumah akan disajikan kue keranjang dan ikan bandeng imlek. Tentunya akan menjadikan suasana hangat di setiap keluarga yang merayakannya.
"Budaya berbagi kebahagiaan dan kesejahteraan sangat menyehatkan spritual anak anak, dengan batin yang diliputi kebahagiaan. Baginya banyak nilai yang terkandung besar bagi anak anak Indonesia. Terutama dalam mengenal silang budaya dan saling menghormati sesama," ujarnya.
Di sisi lain, tuturnya, momentum Tahun Baru Imlek juga bertepatan dengan Hari Gizi Nasional. Untuk itu kebahagiaan akan lengkap jika semua makanan yang disajikan di Hari Imlek tersebut dikonsumsi dengan gizi yang seimbang.

Selain itu, Jasra juga mengingatkan para orang tua yang terbiasa memberikan akses anak anaknya tranksaksi online memesan makanan. Memang pesanan makanan melalui media daring memicu industri olahan makanan lebih kreatif dan beragam. Namun bila tidak diperhatikan baik-baik bisa membahayakan anak, bila mengkonsumsi gizinya tidak seimbang.
"Kita bisa belajar di beberapa negara, yang mencatat konsumsi makanan setiap warganya. Sehingga ada reminder. Ada baiknya orang tua mengenalkan kandungan setiap makanan yang di konsumsi anak-anak," tuturnya.
Seringkali, katanya, anak-anak tertarik dengan bentuk makanan, atau senang dengan rasanya, tetapi tanpa dilengkapi informasi kandungan makanan dan gizinya. Karenanya, inilah saatnya orang tua memikirkan supaya anak-anak memiliki pola makan seimbang. (Sam)