Pelajar Bandung Raih Medali Perak di Ajang YASH di India, Ini Alat yang Dibuatnya
Pelajar Bandung raih medali perak di ajang YASH di India. Ini alat yang dibuatnya.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Prestasi menggembirakan diraih pelajar asal Bandung.
Muhammad Daffa Rial (16), siswa kelas X MIPA 1 SMA Al Masoem, meraih medali perak pada kegiatan Youth Activivities for Superior Humanity (YASH) di New Delhi, India, pada 16-18 Januari 2020.
Lewat karya ilmiahnya, Design of a Pulse Rate Detection Monitoring System Using Electric Piezo Disc Sensor Based on Lot, Muhammad Daffa Rial menyabet medali perak.
Daffa merupakan salah satu wakil Indonesia untuk mengikuti YASH.
YASH diikuti 80 tim peserta dari empat negara, yaitu India sebagai tuan rumah, Indonesia, Nepal, dan Rusia.
YASH yang berada di bawah Mitra Foundation for Global Science Initiatives (FGSI) kerap melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, sains, dan inovasi yang bertujuan mendorong kreativitas kaum muda.
Daffa membuat alat kesehatan untuk pemantau kondisi pasien melalui denyut nadi yang ditempel pada bagian tubuh pasien, yang dipadukan dengan ilmu komputer dan menjadi alat pertama di Indonesia bahkan dunia.
"Alat kesehatan ini dibuat untuk memantau denyut nadi disaat pasien sedang menjalani perawatan medis," kata Muhammad Daffa Rial di kompleks pendidikan Al Masoem, Jalan Raya Cileunyi - Rancaekek, Kabupaten Bandung, Kamis (23/1/2020).
Daffa mengatakan, alat kesehatan pemantau pasien melalui denyut nadi itu bisa diakses melalui handphone, komputer, dan peralatan komunikasi lainnya. Dengan adanya alat itu, ketika dokter ada di luar ruangan maupun di luar daerah bahkan luar negeri, tetap bisa memantau perkembangan denyut nadi pasien.
"Dokter atau perawat yang sedang menangani pasien di rumah sakit, di saat tidak ada di ruang pelayanan rawat inap, ketika alat itu ditempelkan pada bagian tubuh pasien dan diakses melalui handphone milik dokter atau perawat bisa langsung memberikan informasi tentang kondisi denyut nandi pasien tersebut," ujarnya.
Menurutnya alat kesehatan ini masih membutuhkan pengembangan.
Namun para pemanfaat fungsi alat ini tidak perlu melakukan download aplikasinya karena bisa langsung di program melalui alat komunikasi tersebut.
"Penelitian ini sudah dilaksanakan sejak setahun lalu, sedangkan pembuatannya sangat praktis. Sehari juga bisa selesai. Pembuatan alat ini cukup dengan biaya Rp 200.000, untuk perakitan sensor, prosesor, baterai, dan koneksi internet. Koneksi internet menjadi sangat penting," katanya.
Ia mengatakan, fungsi alat kesehatan ini sangat akurat, saat menyampaikan pesan informasi tentang kondisi pasien melalui handphone.
Alat ini bisa membantu untuk penanganan medis karena sudah dilakukan uji coba sebelumnya.