Berkah Bank Sampah

Berkah Bank Sampah, Ismail Bersama Tim Menabung Sampah Bisa Berbagi denga Puluhan Anak Yatim

Ismail (32) merasa mendapat berkah ketika bergabung dengan sebuah bank sampah. Kini, bersama timnya, dia bisa berbagi dengan anak yatim yang tinggal

ISTIMEWA
Ismail bersama anak yatim di sebuah acara di Masjid Assalam, RW09, Manggahang, Baleendah, Kabupaten Bandung, 31 Desember 2019. 

TRIBUNJABAR.ID - Ismail (32) merasa mendapat berkah ketika bergabung dengan sebuah bank sampah. Kini, bersama timnya, dia bisa berbagi dengan anak yatim yang tinggal di RW-nya, RW 09, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Saat ini ada 35 anak yatim dan 63 orang jompo di lingkungan tersebut.

Dua minggu sekali Ismail bersama timnya memilah sampah-sampah yang terkumpul dari warga RW itu. Setelah terkumpul dan dipilah, sampah itu dijemput bank sampah yang bernama Bank Sampah Bersinar (BSB).

BSB adalah bank sampah yang menawarkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Mereka terus bersosialisasi agar kesadaran masyarakat terus tumbuh bahwa sampah itu bernilai. Masyarakat bisa berbenja, menanabung, dan menjual sampah di sini.

"Saya tertarik ketika mereka memperkenalkannya di sekolah. Kebetulan saya guru SD Baleendah 4. Mereka memang melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Kami bahagia bisa berbagi dengan anak yatim," kata Ismail saat ditemui Tribun di rumahnya, Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (10/1).

Perjuangan Ismail tidak semulus yang dibayangkan. Bank Sampah Ceria yang dikelolanya sempat mandek di tengah jalan. Dia harus memberikan pengertian kepada warga RW 09, Keluarahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, dengan berbagai penolakan.

Ismail tidak bisa berjalan sendirian karena mengelola bank sampah itu butuh tim. Untungnya, Ismail tak patah arang. Ilmu dari Bank Sampah Bersinar yang ia peroleh terus disebarkannya agar masyarakat sadar betapa sampah itu sangat bernilai ekonomis.

Ismail, Pengurus Bank Sampah Ceria
Ismail, Pengurus Bank Sampah Ceria (TRIBUN JABAR/JANUAR P HAMEL)

Suatu hari, Ismail, yang juga pengurus DKM di Masjid Assalam di lingkungannya, mengajak pengurus DKM dan majelis taklim untuk berbagi dengan anak yatim di lingkungannya.

Awalnya berjalan dengan baik, tapi kemudian program tersebut berhenti. Dia pun berpikir keras agar dana untuk anak yatim tetap ada.

Ismail pun mengajak DKM dan warga untuk membentuk lembaga pengumpul infak. Berbeda dengan infak yang lain, dia mengajak masyarakat untuk berinfak sampah. Kemudian sampah yang terkumpul disetor ke Bank Sampah Bersinar.

Daihatsu Xenia Tabrak Truk di Tol Cipularang Purwakarta, Seorang Meninggal Dunia

Di setiap ada kesempatan, di pernikahan, kihtanan, atau acara lain di RW-nya, dia selalu tampil dan memberikan pengertian kepada masyarakat betapa pentingnya pemilahan sampah. "Iya, saya mengajak masyarakat di sini untuk berinfak dengan sampah, bukan dengan uang. Alhamdulillah, ada respons," kata Ismail, yang juga Ketua RW 9, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah.

Program itu pun berjalan dengan mulus. Ismail dibantu oleh 14 orang untuk menjalankan program ini. Keempat belas orang itu ada yang menyisir sampah di rumah-rumah warga seminggu sekali. Kemudian dipilah di gudang yang tersedia.

"Kami lakukan satu minggu sekali. Jumlah sampah yang terkumpul setiap minggu bervariasi," katanya.

Dua minggu sekali sampah yang dikumpulkan Ismail dan tim diangkut armada Bank Sampah Bersinar ke tempat penampungan di Jalan Terusan Bojongsoang.

Sembari Menangis, Sule Sempat Ucapkan Kata-kata Ini Saat Kuburkan Lina, Diucapkan dalam Bahasa Sunda

Ismail mengatakan, semua hasil penjualan sampah itu tidak digunakan untuk pribadi atau menggaji timnya. Uang hasil pengumpulan sampah tersebut benar-benar diinfakkan untuk para anak yatim dan jompo di lingkungan RW-nya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved