Kekerasan Seksual di Kampus

Mengenal Tonic Immobility, Kondisi yang Dialami Mahasiswi Telkom University Diduga Dicabuli Senior

Pendamping korban dari United Voice bernama Bahrul Bangsawan menyebut, korban sempat mengalami kondisi bernama tonic immobility.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Hilda Rubiah
DOKUMENTASI TRIBUN MANADO
Illustrasi pelecehan seksual terhadap anak di cianjur. 

TRIBUNJABAR.ID - Kabar mengejutkan datang dari dunia pendidikan Bandung.

Seorang mahasiswi Telkom University diduga menjadi korban kekerasan seksual oleh seniornya.

Pendamping korban dari United Voice bernama Bahrul Bangsawan menyebut, korban sempat mengalami kondisi bernama tonic immobility saat pelaku melancarkan aksinya.

Benarkah tonic immobility membuat seorang korban pemerkosaan atau pelecehan seksual mengalami kelumpuhan sementara yang membuat menjadi sulit melawan?

Menurut laman Kompas yang dikutip TribunJabar.id, Senin (30/12/2019), kondisi syok hingga sulit melawan pelaku penyerangan memang kerap dialami oleh korban kekerasan seksual.

Hal tersebut diamini oleh penelitian pakar kekerasan seksual.

Jangankan untuk melawan, dalam kondisi kelumpuhan sementara atau tonic immobility itu, korban bahkan sulit untuk berteriak.

Tim ahli sudah berbicara dengan 300-an wanita yang datang ke unit gawat darurat di Stockholm selama sebulan.

Wanita-wanita itu adalah korban perkosaan atau korban percobaan perkosaan.

Alami Pelecehan Seksual Alat Vital Nyaris Dibegal, Mahasiswi UIN Bandung Curhat Netter Beri Dukungan

Dari semua wanita yang ditanyai tersebut, hampir 70 persen mengaku mengalami kelumpuhan sementara.

Sementara itu, 48 persennya malah mengalami kelumpuhan lebih hebat alias tak bisa bergerak dan berbicara sama sekali selama kejadian kekerasan seksual berlangsung.

Adapun wanita yang berpotensi besar mengalami tonic immobility saat mengalami kekerasan seksual, adalah mereka yang menderita PTSD dan depresi parah.

Ilustrasi pelecehan
Ilustrasi pelecehan (Istimewa / kompas.com)

PTSD adalah gangguang stres pascatrauma.

Masih menurut laman Kompas, diharapkan hasil penelitian tersebut membantu tim pengacara mendampingi korban perkosaan.

Kini, sudah ada bukti ilmiah yang dijadikan alasan mengapa korban perkosaan kerap sulit melawan bahkan berteriak.

Kronologi

Peristiwa kekerasan seksual yang dialami mahasiswi Telkom University tersebut ternyata terjadi setahun lalu. Namun kasus itu kini kembali menjadi sorotan.

Menurut pendamping korban dari United Voice (sebuah komunitas mahasiswa di kampus Telkom University), Bahrul Bangsawan, kejadian tersebut terjadi saat korban masih semester satu berusia 19 tahun.

"Memang kejadian tersebut terjadi sejak 2018 tapi mulai mencuat kembali 2019," ujar Bahrul Bangsawan, saat dihubungi, Senin (30/12/2019).

VIRAL, Curhat Pilu Mahasiswi UIN Bandung Jadi Korban Pelecehan Seksual, Warganet Beri Dukungan

Bahrul menceritakan, kejadian tersebut berawal dari pelaku FGS (21) mengembalikan lampu tumblr milik korban ke asrama putri mahasiswa baru, yang dipinjamkan ke pelaku untuk acara Farewell Party pada tanggal 22 November 2018.

"Setelah itu pelaku mulai melakukan interaksi yang intens melalui media sosial. Korban merasa perlakuan pelaku pada saat pertama kali ketemu (first impression) sangat baik, gentleman dan alim," kata Bahrul.

Bahrul mengatakan, dengan kebiasaan korban yang sangat menghormati orang lain terutama senior, korban merasa segan jika hanya membaca isi pesan tersebut tanpa membalasnya, walaupun dalam keadaan risih. 

Sehingga, kata Bahrul, komunikasi berlanjut seiring berjalannya waktu. Sikap segan korban ini, kata bahrul, adalah kebiasaan saat SMK dulu yang sangat segan dan takut terhadap otoritas senior. 

"Pelaku mulai menarik simpati korban dengan bercerita banyak hal kepada korban, sehingga pelaku meminta kepada korban untuk menemaninya menonton di bioskop, dengan dalih pelaku merasa kesepian," ucap Bahrul.

Menurut Bahrul, dikarenakan korban empati terhadap pelaku, korban pun menuruti kemauan pelaku untuk nonton bersama di bioskop.

Illustrasi pelecehan seksual terhadap anak di cianjur.
Illustrasi pelecehan seksual terhadap anak di cianjur. (DOKUMENTASI TRIBUN MANADO)

Setelah itu, kata Bahrul, sebelum acara SeeFest 2018 pada tanggal 30 November 2018 pelaku sempat memaksa korban untuk mengirimkan foto seksi (nudes) korban kepada pelaku.

"Siangnya, korban diajak pelaku ke kosan pelaku dengan dalih supaya lebih mudah untuk persiapan ke bioskop," ujar dia.

Di kosan tersangka itulah kekerasan seksual atau pencabulan itu terjadi.

"Korban sontak menolaknya tapi pelaku tetap mencium korban dan “hubungan” tersebut terjadi," kata dia.

Bahrul menjelaskan, korban tak melakukan perlawanan karena dalam kondisi tonic immobility, atau kondisi korban pelecehan seksual mengalami “kelumpuhan sementara” atas respons stimulasi apapun yang diterima tubuhnya.

"Setelah kejadian itu, pelaku tetap mengajak korban untuk nonton di bioskop pada sesi midnight. Saat tayangan film berlangsung pelaku meminta korban untuk menciumnya dan melakukan tindakan asusila, tapi korban menolak," jelasnya. 

Hotman Paris Desak Menhub Bertindak Soal Dugaan Pelecehan Bos Penerbangan, Pramugari Jadi Korban

Setelah nonton, kata Bahrul, kondisi hujan sangat deras.

Dalam kondisi hujan yang sangat deras, pelaku tetap memaksakan untuk menerobos hujan. Keduanya pun basah kuyup.

Korban minta pulang ke asrama putri di kampus. 

"Tapi pelaku menolak dan mengatakan pelaku tidak akan melakukan apapun ke korban. Dan korban dibawa pelaku dan “hubungan” tersebut terjadi lagi," kata dia.

Menurut Bahrul, korban tidak melawan, ketakutan dan bingung harus melakukan apapun (tonic immobility). 

"Selain pemaksaan berhubungan seks terhadap korban, pelaku juga memaksa korban melakukan tindakan asusila lainnya yang menjijikan," kata dia.

Bahrul memaparkan, korban di kosan pelaku sekitar satu minggu. Korban mengalami trauma ringan pasca kejadian tersebut. 

Ilustrasi
Ilustrasi (web)

"(Korban) Bingung harus melakukan apa dan terpaksa mengikuti keinginan pelaku, dan terus menemani pelaku pada setiap saat keluar dari kosan," ujarnya.

Bahrul memaparkan, Korban berusaha memahami kondisi dan memanipulasi perasaannya agar pelaku simpatik, dan pada suatu titik korban pergi dan tidak pernah kembali.

"Pelaku melakukan terror kepada korban sampai dengan korban melarikan diri ke tempat salah satu UKM,  pelaku berhenti melakukan teror. Pada bulan ramadhan tahun 2019," kata dia.

Pelaku menghubungi melalui korban, kata Bahrul, dan mengirimkan hal tidak senonoh.

"Korban marah dan melaporkan kepada senior dan pelaku meminta maaf," ucapnya.

Tanggapan Telkom University

Telkom University hingga kini belum bisa memastikan kebenaran berita dugaan adanya mahasiswi yang mendapatkan kekerasan seksual dari seniornya.

Dalam isu yang beredar korban mengalami trauma, hingga disebutkan sempat melakukan percobaan bunuh diri.

Direktur Sekretariat Telkom University, Lia Yuldinawati, mengaku pihaknya baru mengetahui berita yang simapang siur, Sabtu (28/12/2019).

Mahasiswi Telkom University Bandung Alami Kekerasan Seksual Seniornya, Kampus Lakukan Investigasi

"Jadi Tekom University sendiri, sekarang sedang melakukan investigasi, mengumpulkan fakta-fakta, serta mengumpulkan semua pihak yang terkait dengan kejadian ini," ujar Lia, saat ditemui di Telkom University, Senin (30/12/2019).

Lia mengatakan, sejauh ini pihaknya masih mengumpulkan berita terpisah dari beberapa pihak.

"Memang ada beberapa nama yang ada di sini (Telkom University) dan ada beberapa yang belum bisa dibuktikan kebenarannya, prosesnya masih berlanjut," ujar Lia.

Memang kata Lia, terdapat nama yang beredar tercatat sebagai mahasiswa, tapi apakah masih aktif atau tidak itu masih harus klarifikasi kembali, sebab  ada beberapa yang terkait belum bisa ditemui. 

"Untuk yang disebutkan terduga korban dan terduga pelaku, terus terang belum (menemui) tetapi dengan pihak yang menyebarkan (berita), karena ini kami dapatkan dari instalgram salah satu akun, itu sudah bertemu dan akun tersebut bukan merupakan internal komunitas kampus," ujar dia.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved