Sebentar Lagi Liburan, Ini Wisata Selfie Anyar di Bandung yang Wajib Dikunjungi
Sebentar lagi liburan, ini wisata selfie anyar di Bandung yang wajib dikunjungi.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: taufik ismail
lihat foto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Memasuki masa liburan, Lembang menjadi kawasan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Pemandangan yang hijau menyegarkan dan udara yang sejuk menjadi alasan banyak wisatawan yang datang ke Lembang untuk rekreasi bersama keluarga atau melepas lelah.
Akhir tahun ini, Jawa Barat kembali menghadirkan tempat wisata yang menarik perhatian masyarakat di Indonesia.
Adalah The Great Asia Africa, sebuah tempat wisata selfie yang viral karena menghadirkan spot foto bangunan dari berbagai negara yang ada di Asia Afrika.
Memiliki luas 5 hektare, The Great Asia Africa membuat banyak wisatawan terpukau dengan keindahannya.
Public Relation The Great Asia Africa, Intania Setiati mengatakan sebelumnya lahan ini digunakan sebagai kebun buah dan sayuran oleh pemiliknya.
Lalu muncul ide membuat tempat wisata yang awalnya hanya menghadirkan replika bangunan di kawasan Asia.
"Bandung identik dengan Jalan Asia Afrika hingga akhirnya terpilih nama tersebut. Selain itu juga lahannya masih ada yang kosong sehingga dibuat kawasan Afrika-nya" ujar Intan di The Great Asia Africa, Desa Kahuripan, Lembang , Kabupaten Bandung Barat, Selasa (17/12/2019).
Untuk memasuki wisata The Great Asia Africa, Anda perlu membeli tiket masuk seharga Rp 50.000 yang nantinya bisa ditukarkan dengan pilihan snow ice, bandrek, dan sosis.
Walaupun tempat wisata ini baru dibuka belum dalam jangka aktu satu bulan, tetapi pengunjung yang datang sudah ramai.
Seperti yang terlihat kemarin, walaupun bukan hari libur, tetapi wisatawan yang datang ke The Great Asia Africa sudah banyak.
Kebanyakan yang datang adalah keluarga dan rombongan ibu-ibu yang menggunakan pakaian senada.
"Di The Great Asia Africa menghadirkan bangunan dari 7 negara dari dua benua. Bangunan yang ada dibuat semirip mungkin dengan beberapa kota aslinya, seperti di Jepang, dibuat mirip dengan kota tua Kyoto," ucap Intan.
Kontur tanah yang menurun ini tentunya membuat pengunjung harus rela jalan menurun ke area bawah dan harus jalan menanjak ketika pulang.
