Mengungsi Karena Banjir di Baleendah Bandung, Warga: Sudah Biasa Tiap Tahun Begini
Banjir yang telah merendam lima kecamatan di Kabupaten Bandung sejak kemarin akibat luapan Sungai Citarum, memaksa sejumlah warga mengungsi ke tempat
Penulis: Cipta Permana | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Banjir yang telah merendam lima kecamatan di Kabupaten Bandung sejak kemarin akibat luapan Sungai Citarum, memaksa sejumlah warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Terdapat dua lokasi pengungsian yang dijadikan tempat berteduh sementara bagi warga terdampak banjir yaitu Gedung Inkanas Baleendah dan gedung belakang Kantor Desa Dayeuhkolot.
Berdasarkan pantauan Tribun Jabar di lokasi pengungsian Inkanas Baleendah, ratusan warga yang terdiri dari para lansia, dewasa, hingga balita terpaksa tidur beralaskan tikar secara bersama-sama di sebuah ruangan di gedung tersebut.
Meski tengah dilanda musibah, namun raut wajah tegar dan perasaan ikhlas tergambar jelas dari sikap para pengungsi yang harus menerima nasib tinggal sementara di pengungsian.
• Jangan Percaya Bawang Obati Gigitan Ular Kobra, Bukan Diikat Apalagi ke Dukun, Segera Lakukan Ini
Salah seorang pengungsi, Carsiah (68) warga RT 05 RW 09 Desa Cigosol, Kecamatan Baleendah mengaku, tinggal di pengungsian bukan hal baru bagi dirinya bersama enam orang anggota keluarganya.
Terlebih banjir melanda kawasan tempat tinggalnya hampir setiap tahun sejak tahun 2013 lalu.
"Janten tos biasa kikieuan teh, da unggal tahun oge pasti kieu (Jadi sudah biasa mengungsi begini, karena pasti setiap tahub begini)," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar di lokasi pengungsian Inkanas, Baleendah. Rabu (18/12/2019).
Dalam kesepatan tersebut dirinya menceritakan peristiwa banjir yang terjadi hingga memutuskan untuk mencari tempat perlindungan yang lebih aman bersama keluarganya di Gedung Inkanas.
Menurut Carsiah, dirinya tidak menduga akan datangnya banjir pada malam itu. Telebih hujan yang turun sejak sekitar pukul 15.00 WIB di wilayahnya relatif berintensitas rendah.
Selain itu, dugaan tidak akan adanya banjir di wilayahnya disebabkan oleh pemerintah yang telah mengeruk sedimentasi Sungai Citarum dan Sungai Cisangkuy.
Namun prediksi tersebut salah, hingga pada akhirnya sekitar pukul 19.00 WIB, genangan banjir mulai datang dan terus meninggi secara cepat masuk ke dalam rumah.
Sejumlah harta benda yang dimilikinya pun hanyut. Bahkan menurutnya, banjir kali ini lebih besar dibandingkan yang tejadi di tahun sebelumnya.
• BREAKING NEWS, Kecelakaan Hebat di Ngamprah KBB, Mobil Ringsek dan Tumpang Tindih
Oleh karena itu, Ia pun hanya mampu menyelamatkan beberapa pakaian saja, sebelum akhirnya memilih mengungsi ke Gedung Inkanas menggunakan delman yang disewanya.
"Kadieu teh panginten tabuh dalapan wengi, ngange keretek eta ge, da petugas teu acan darongkap (kesini mungkin jam delapan malem, pakai delman, soalnya petugas evakuasi belum datang)," ucapnya.
Hal serupa pun dialami oleh pengungsi lainnya, Mardiah (64), warga RT 04 RW 09 Desa Cigosol, Baleendah.
Dirinya bersama empat orang anggota keluarganya memutuskan untuk pindah ke Gedung Inkanas pada Rabu (18/12/2019) pukul 12.00 WIB.
Sebelumnya ia sempat menginap di rumah salah seorang kerabat yang memiliki bangunan rumah bertingkat.
Menurutnya, musibah banjir yang dialaminya sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kali ini dirinya sempat merasakan tinggal di rumah miliknya selama sembilan bulan, sebelum pindah ke pengungsian.
Sedangkan biasanya hanya hitungan satu atau dua minggu saja.
• Tak Hadiri Kuala Lumpur Summit, Wapres Maruf Amin Dikabarkan Sakit, Dokter Paparkan Kondisinya
"Alhamdulillah, sekarang sedikit lebih baik dibanding tahun lalu, karena bisa lebih lama tinggal dirumah. Kalau dulu, baru juga seminggu atau dua minggu surut, pasti sudah pindah ke sini lagi (pengungsian)," ujarnya dilokasi yang sama.
Hingga kini, lanjutnya, Ia tidak mengetahui dampak banjir yang melanda rumahnya, terlebih akses menuju wilayahnya masih digenangi banjir setinggi dua meter.
"Sementara tinggal di sini dulu beberapa hari sampai nanti kembali lagi setelah surut," ucapnya.
Sementara itu petugas asesmen BPBD Kabupaten Bandung yang bertugas di Inkanas, Taryana, mengatakan bahwa jumlah pengungsi yang terdata di pengungsian Inkanas hingga Rabu (18/12/2019), pukul 13.00 WIB, mencapai 44 KK/142 jiwa, terdiri dari 36 orang lansia, sembilan balita, dan dua orang ibu hamil.
Para pengungsi merupakan warga yang tinggal di lima RW Kelurahan Andir, meliputi RW 06, 07, 08, 09, dan 10.
Data jumlah pengungsi di Inkanas tersebut menurutnya meningkat, dibandingkan dengan pendataan yang dilakukan pihaknya pada Selasa (17/12/2019) pukul 21.00 WIB, dimana kemarin terdata 25 KK/87 jiwa.
"Mereka ada yang datang karena dievakuasi petugas, ada juga yang datang sendiri. Kami terus mendata, dalam sehari kami melakukan tiga kali pendataan yaitu, pagi pukul 07.00 WIB, siang pukul 13.00 WIB, dan malam pukul 21.00 WIB," ujarnya saat ditemui dilokasi yang sama.
• Faye Nicole Jones Dipanggil KPK, Terkait Kasus yang Menjerat Chaeri Wardhana, Ini Jejak Kariernya
Ia juga mengatakan bahwa sejumlah pengungsi mengeluhkan bebeparapa penyakit.
Di antaranya gatal-gatal, flu, batuk, demam, dan pegal-pegal.
Petugas kesehatan dikabarkan akan datang memeriksa pada Kamis (19/12/2019).
"Besok, ada dokter dan beberapa petugas medis akan datang memeriksa kondisi kesehatan dari para pasien dan pengungsi lainnya, agar sakit yang mereka keluhkan dapat langsung tertangani secara baik dan benar," katanya.
• Supriyono : Daripada Cari Tandem Buat Ezechiel, Mendingan Lepas Saja Pemain Asal Chad Itu