Kisah Soeharto yang Hanya Mau Dipotong Rambut dengan Pencukur Bawah Pohon, Ternyata Ini Alasannya

Ketika masih berkarier di militer hingga menjadi presiden, Soeharto mencukur rambutnya di tukang cukur bawah di pohon.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Hilda Rubiah
tututsoeharto.id
Soeharto dicukur oleh Pak Yos, pencukur di bawah pohon 

TRIBUNJABAR.ID - Ketika masih berkarier di militer hingga menjadi presiden, Soeharto mencukur rambutnya di tukang cukur bawah di pohon.

Tukang cukur di bawah pohon adalah mereka yang melayani konsumennya di dekat pohon.

Mereka tidak menggunakan bangunan permanen untuk tempat berjualannya.

Atapnya adalah dedaunan dan dahan.

Kain putih dibentangkan dan dikaitkan ke pohon sebagai dinding pembatas.

Saat masih menjabat sebagai Panglima Cadangan Umum Angkatan Darat (Panglima Caduad), Soeharto selalu memotong rambut di tukang cukup bawah pohon.

Pencukurnya bernama Pak Yos.

Pak Yos kerap memotong rambut Soeharto bahkan ketika mantan Panglima Kostrad itu menjabat sebagai presiden.

Berdasarkan tulisan anak pertama Soeharto, Tutut Soeharto di situs pribadinya, Pak Yos sering mangkal di bawah pohon di Jalan H Agus Salim.

Tempat mangkal Pak Yos itu tidak jauh dari rumah Soeharto.

Bila rambutnya sudah panjang, Soeharto akan memanggil Pak Yos untuk memotong rambutnya.

Setelah menjadi presiden, Soeharto disarankan untuk mengganti tukang cukur.

Peziarah sedang berdoa di kompleks makam Soeharto di Atas Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Peziarah sedang berdoa di kompleks makam Soeharto di Atas Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah. (Tribunjabar.id/Kisdiantoro)

"Katanya, 'masak presiden, tukang cukurnya dari bawah pohon.'," kata Tutut Soeharto.

Namun, ucapan itu tidak dipedulikan Soeharto.

Ia tetap memilih dicukur rambut oleh Pak Yos.

Ada alasan tersendiri mengapa Soeharto tetap setia dengan Pak Yos.

Menurutnya, tidak ada alasan untuk mengganti Pak Yos.

"Kata bapak apa bedanya, kan Pak Yos manusia juga, yang warga Negara Indonesia," ucapnya.

Keputusan Soeharto itu membuat Pak Yos terharu.

"Pak Yos sendiri kaget dan terharu, karena masih dipanggil bapak walau sudah menjadi Presiden RI.

Bedanya, setelah bapak menjabat sebagai presiden, Pak Yos memakai baju lengan panjang setiap memotong rambut bapak," katanya.

Namun, Pak Yos meninggal pada 1977.

Pembunuh Bayaran Menyamar dan Incar Nyawa Soeharto, Kedoknya Terbongkar karena Tien Curiga

Astana Giribangun, Makam Jenderal Bintang 5 Soeharto, Hujan Pun Ramai Peziarah, Doa-doa Dipanjatkan

Sejak itu, Soeharto kehilangan dan harus mencari tukang cukur pengganti Pak Yos.

Pengganti Pak Yos adalah Umang yang sudah lama bekerja untuk keluarga Cendana.

Umang merupakan tukang sisir Tutut, Mamiek, Titiek, dan Tien Soeharto.

"Akhirnya bapak bertanya pada saya, 'Wuk kamu tahu nggak tukang cukur yang bisa dipanggil ke rumah.'

Saya jawab, 'Umang saja pak, dia bisa kok motong rambut.'," cerita Tutut.

Awalnya, Seoharto kurang yakin. Ia ragu Umang dapat memotong rambut pria karena lebih sering bekerja sebagai tukang sisir wanita keluarga Cendana.

Tapi, ternyata Umang biasa memotong rambut suami Tutut.

Akhirnya, Soeharto setuju untuk dicukur oleh Umang.

Tien dan Tutut Soeharto
Tien dan Tutut Soeharto (Kolase Tribun Jabar/Kompas.com)

Pembunuh Bayaran

Keluarga presiden kedua Indonesia, Soeharto sempat mengalami masa sulit setelah peristiwa G30S/PKI.

Saat itu, Soeharto belum menjabat sebagai presiden.

Seperti yang diketahui, setelah peristiwa G30S/PKI, simpatisan dan hal yang berhubungan dengan PKI dimusnahkan.

Salah satu yang terjun dalam pemusnahan itu adalah Soeharto.

Ia pun menjadi sasaran pembunuhan.

Terlebih, petinggi militer Ahmad Yani terbunuh pada peristiwa G30S/PKI.

Kekosongan kursi akibat gugurnya Ahmad Yani itu diisi oleh Soeharto.

Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad didapuk memegang kendali Angkatan Darat sementara waktu.

Oleh sebab itu, sosoknya menjadi incaran pembunuh.

Istri Soeharto, Tien Soeharto, tentu tak tenang.

Ia kerap was-was karena Soeharto rawan dibunuh setelah mengisi jabatan yang ditinggalkan Ahmad Yani.

Hal tersebut tertuang dalam buku Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia.

Soekarno diapit dua jenderal AD, AH Nasution (kiri) dan Soeharto (kanan) ketika bertemu di Istana Merdeka tahun 1966
Soekarno diapit dua jenderal AD, AH Nasution (kiri) dan Soeharto (kanan) ketika bertemu di Istana Merdeka tahun 1966 (Tribun Jakarta)

Melansir dari Sosok.id, hari itu, Tien Soeharto tengah menemani Tommy Soeharto yang dirawat di rumah sakit.

Tien kalut ketika tak mendapat kabar dari sang suami.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.

Hal tersebut dilakukan Tien Soeharto secara nekat.

"Maka saya nekad saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit.

Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa." tulis Bu Tien dalam buku otobiografinya.

Soal Fakta di Balik Film G 30 S PKI, Amoroso Katamsi Pemeran Soeharto Sebut Ada Perbedaan Pendapat

Kisah BJ Habibie Ditolak Temui Soeharto, Ini Penuturan Sang Ajudan Khusus Untuk Tribun

Kemudian, Tien Soeharto membawa Tommy pulang ke rumah diantar adik Soeharto, Probosutedjo dan ajudan yang bernama Wahyudi.

Saat itu, Probosutedjo meminta izin Tien Soeharto untuk membawa senjata api.

Lalu, Tien Soeharto setuju.

"Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata," kenang Probosutedjo.

Ketika sampai di rumah, tak ada sosok Soeharto.

Ternyata, Soeharto masih berada di markas Kostrad.

Mayjen Soeharto saat memimpin pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi. Insert kiri diorama penculikan jenderal dan penangkapan Letkol Untung.
Mayjen Soeharto saat memimpin pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi. Insert kiri diorama penculikan jenderal dan penangkapan Letkol Untung. (DOK PEMERINTAH RI/YOUTUBE/KOLASE TRIBUNWOW.COM)

Soeharto memberi amanat kepada pengawalnya agar sang istri dan anak diungsikan ke rumah ajudan di Kebayoran Baru.

Ketika berada di rumah ajudannya, Tien Soeharto tambah gelisah.

Ada kabar yang menyebut seorang anak perempuan mengaku sebagai anak Soeharto.

Ia sedang mencari sang ayah.

"Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh," tutur Tien.

Mendengar itu Tien Soeharto langsung bergerak.

Ia berangkat ke rumah Chaerul Saleh dengan dikawal oleh ajudannya.

(ki-ka) Obos Gembok, Matiyas, Tien Soeharto, Soeharto, Yanto Bule, dan Arie Langoe saat perayaan hari ulang tahun Tien Soeharto.
(ki-ka) Obos Gembok, Matiyas, Tien Soeharto, Soeharto, Yanto Bule, dan Arie Langoe saat perayaan hari ulang tahun Tien Soeharto. (tututsoeharto.id)

Sesampainya di sana, Tien mendapati ada seorang anak perempuan yang didampingi oleh anggota AURI.

Ia menjemput anak itu dan membawanya ke rumah.

Anak itu diberondong sejumlah pertanyaan.

"Saya lalu membawanya pergi. Tiba di rumah, saya interview. Dari jawaban-jawabannya sama sekali tidak cocok.
Raut wajahnya saja tidak mirip sedikitpun dengan Pak Harto. Saya jadi yakin anak ini bukan anak Pak Harto," jelas Tien.

Namun, Tien masih penasaran dengan anak itu.

Diam-diam ia membuka koper yang dibawa sang anak.

Ia mendapati sebuah gitar serta sebungkus bubuk racun tikus.

Lantas, Tien meminta anak itu beristirahat di sebuah kamar yang ia kunci dari luar.

Kemudian, Tien Soeharto melaporkan kejadian itu ke Soeharto.

"Setelah itu saya pergi ke Kostrad untuk menemui Pak Harto, melaporkan hal ikhwal anak perempuan itu. Bapak bilang agar dibawa ke Kostrad saja."

Keesokan harinya, Tien Soeharto kembali mengunjungi anak itu.

Namun, ketika kamar dibuka, anak tersebut sudah tidak ada.

Kisah Habibie di Pengujung Kekuasaan Soeharto (3-Habis), Tak Pernah Bisa Lagi Bertemu Sang Presiden 

Kisah Habibie di Pengujung Kekuasaan Soeharto (2), Berdebat Keras Soal Menteri Kabinet Reformasi  

"Anak itu telah menghilang. Rupanya dia melarikan diri turun melalui jendela menggunakan stagen," ucap Tien.

Tien menafsirkan, anak perempuan itu sengaja dipasang untuk melenyapkan Panglima Kostrad dengan menggunakan racun tikus yang dibawanya.

"Sejak itu saya tidak pernah bertemu lagi dengan anak itu, tidak ada pula kabar beritanya," kata Tien.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved