Persib Bandung
Penyakit Kambuh, Persib Bandung Ditekuk 10 Pemain Persela, Kembali ke Tren Sulit Menang
Teranyar, Persib Bandung menyerah di markas sendiri lantaran kalah 0-2 dari Persela Lamongan di Stadion Si Harupat, Selasa (3/12/2019).
Penulis: Tarsisius Sutomonaio | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Penyakit lama Persib Bandung kambuh.
Tren Persib Bandung tidak terkalahkan dalam 7 laga beruntun di Liga 1 2019 berubah menjadi tren sulit menang.
Sejak imbang melawan Barito Putera, Persib Bandung tumbang lawan Bali United dan Persela Lamongan.
Padahal, Maung Bandung selalu punya peluang ke lima besar dalam tiga pertandingan tersebut.
Sayangnya, tim asuhan Robert Alberts membuang-buang kesempatan menambah tiga poin.
Kini, Persib Bandung makin jauh dari lima besar.
• Ditekuk Persela Lamongan, Pelatih Persib Bandung Komentar Begini Soal Wasit
• Persib Bandung Kalah, Robert Alberts: Saya Bingung Kenapa Kami Bisa Bermain seperti Itu
Meski jumlah poin para pesaing di lima masih dalam jangkauan, pasukan Robert Alberts semakin sulit ke papan atas lantaran sisa laga yang makin sedikit.
Teranyar, Persib Bandung menyerah di markas sendiri lantaran kalah 0-2 dari Persela Lamongan di Stadion Si Harupat, Selasa (3/12/2019).
Kemenangan Persela Lamongan ditentukan gol Rafinha pada menit 12 dan gol bunuh diri Achmad Jufriyanto pada menit 56.
Tidak hanya kalah dari segi skor akhir, dalam laga itu Persib Bandung juga kalah dari segi permainan.
Tim tamu yang adalah penghuni papan bawah mendikte Maung Bandung.
Alhasil, Persib Bandung kalah penguasaan bola.
Permainan Supardi cs tak berkembang, tanpa variasi, sehingga minim peluang mencetak gol.
Bahkan, performa Persib Bandung menghadapi Persela Lamongan itu jauh di bawah penampilan ketika kalah 3-2 dari Bali United.
• Permainan Disebut di Bawah Standar, Persib Bandung Kalah di Kandang Sendiri Dianggap Wajar
• Kalah dari Persela di Kandang, Persib Bandung Kembali Gagal Tembus 5 Besar Klasemen Liga 1 2019
Pelatih Persib Bandung Robert Alberts pun menyebut penampilan timnya sebagai antiklimaks.