Menakar Peluang Bank bjb Hadapi Ancaman Resesi Global
Sebagai pemimpin di BPD, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk ( bank bjb/BJBR) menjadi salah satu BPD cukup kuat hadapi isu resesi global
Riset Bank Dunia (The World Bank) dalam Global Economic Risks and Implications for Indonesia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 hanya mencapai 4,9% pada 2020 dan terus menurun hingga 4,6% di 2022.
Laporan tersebut menyatakan bahwa perlambatan ekonomi global menimbulkan pengaruh terhadap Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi seperti di Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat tanda resesi di pasar surat utang negara. Kemudian di Eropa mesin pertumbuhan melambat, sedangkan di China terjadi pelemahan.
Bank Dunia mengungkapkan, pertumbuhan di Indonesia sudah menunjukkan perlambatan dan bakal melemah lebih dalam di tengah perlambatan global. "Resesi global bisa melukai Indonesia," tulis Bank Dunia.
Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih turun lebih dalam, karena lemahnya produktivitas dan pertumbuhan pekerja.
Dampaknya ke Bank bjb
Sebagai pemimpin di industri BPD, PT Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk (Bank bjb/BJBR) menjadi salah satu BPD yang cukup kuat menghadapi isu resesi global.
Bank yang dikendalikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini terbukti telah melewati dua kali masa sulit perekonomian Nasional di tahun 1998 dan 2008, yang bisa menjadi pengalaman dalam menghadapi ketidakpastian.
Bjb (Kuartal III-2019) Industri BPD* Industri perbankan*
CAR 16,62% 20,55 23,93%
LDR 88,1% 79,75% 94,66%
NPL 1,75% 3,1% 2,6%
BOPO 84,1% 79,79 80,6%
ROA 1,3% 2,1% 2,4%
NIM 5,7% 5,95% 4,9%
*Data Agustus 2019
Likuditas Bank bjb cukup longgar yang tercermin di loan to deposits ratio (LDR) pada level 88,1%, dibandingkan dengan industri perbankan di level 94,66%.
Dengan likuiditas tersebut, BJBR mampu untuk meraih target pertumbuhan kredit 10-11% pada tahun ini serta mendukung pertumbuhan pada tahun depan.
Sementara itu Capital Adequacy Ratio (CAR) bank bjb cukup optimal di level 16,62% dan akan bertambah seiring dengan rencana private placement dari sejumlah pemegang saham dengan nilai Rp 412 miliar yang akan dieksekusi tahun ini dan tahun depan juga corporate action lainnya.
Hingga September 2019, Bank bjb mencatatkan total kredit Rp 81,48 triliun meningkat 9,8% di bandingkan dengan setahun sebelumnya. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya penyaluran kredit pada kuartal III lebih bergairah.
Bila dibedah lagi kredit konsumer dengan andalan kredit PNS masih mendominasi portofolio bank bjb. Nilainya mencapai Rp 55,52 triliunpada kuartal III, tumbuh 13% dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Kredit untuk PNS memiliki outstanding Rp 40,18 triliun, tumbuh 6,2% dari setahun sebelumnya. NPL untuk kredit hanya di level 0,2% dan special mentions (kolektibitas 2) di 2,3%
Hal tersebut mencerminkan bahwa kredit PNS memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit modal kerja maupun investasi di tengah ketidakpastian global maupun resesi dunia.