Kisah Dede Ardas, Bocah Peramal di Cianjur yang Sempat Terkenal, Kini Tinggal di Gubuk Kecil
Tidak saja karena jumlah jari kakinya yang tak lazim yaitu sebanyak 12, tapi juga karena kepandaiannya memprediksi. Ia bahkan sempat dijuluki bocah pe
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Belasan tahun lalu, nama Dede Ardas (23) sempat terkenal, bahkan hingga ke luar Cianjur.
Tidak saja karena jumlah jari kakinya yang tak lazim yaitu sebanyak 12, tapi juga karena kepandaiannya memprediksi. Ia bahkan sempat dijuluki bocah peramal.
Kepandaian Dede meramal membuat banyak orang kerap datang menemuinya untuk menanyakan sesuatu. Namun, masa-masa itu sudah berlalu. Tak banyak lagi yang mengenal namanya di Cianjur.
Ditemui di gubuknya yang kecil di lahan milik PLN di Kampung Malingping, Desa Mande, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Kamis (28/11/2019), Dede sempat terlihat malu-malu.
Ia melengos sambil menyembunyikan wajahnya.
• Seorang Pria Dikabarkan Tenggelam di Waduk Cirata Bandung Barat
Di gubuk itu Dede tinggal bersama kedua orang tuanya, Okid (50) dan Yayan (45), serta adiknya, Silvia Royani (12).
Gubuk mereka berada di tengah kebun yang sepi. Selain rumah yang ditinggali Dede, ada empat rumah lainnya di sana. Saat ditemui, Dede tengah duduk-duduk di emper rumahnya. Itu ia lakukan setiap pagi hingga siang.
Saat kecil dulu, Dede juga sempat sekolah, tapi hanya sampai kelas empat SD. Dede tak melanjutkan sekolah karena minder dengan fisiknya. Ia memilih tinggal di rumah.
Selain memiliki 12 jari kaki, pertumbuhan fisik Dede juga berbeda. Meski usianya sudah 23 tahun, tingginya hanya sekitar 50 sentimeter. Ia juga memiliki kesulitan berjalan kaki.
Hampir sekujur tubuhnya memiliki bintik hitam dan dominan di bagian wajahnya. Di bagian punggungnya terlihat tulang yang menonjol terbalut kulit.
"Saya seperti ini sejak lahir, mungkin ini sudah takdir saya dari Allah Swt," kata Dede.
Dede mengatakan, kedua orang tuanya bekerja serabutan di kebun. Sudah lima tahun ini, kata Dede, ia tinggal di gubuk tersebut.
"Sebelumnya saya tinggal tak jauh dari kantor Desa Mande," katanya.
Menurut Dede, kesehariannya selama lima tahunan ini hanya bisa termenung di rumah sambil menunggu adiknya yang sekolah.