Kisah Sedih Seorang Guru Honorer, Dianiaya Orangtua Murid Hingga Memar, Jilbab Ditarik Hingga Lepas
Kisah sedih seorang guru honorer. Dianiaya orangtuan murid hingga memar. Jilbab ditarik hingga lepas.
TRIBUNJABAR.ID - Kisah sedih harus dialami seorang guru honorer sebuah sekolah dasar.
Ia dianiaya orangtua muridnya di depan sekolah tempatnya mengajar.
Kisah miris ini dialami oleh Rahmah (35).
Korban yang merupakan guru honorer di Sekolah Dasar (SD) Negeri Jambi Baru tersebut kini mengalami trauma akibat kejadian itu.
Insiden penganiayaan yang dialami oleh sang ibu guru ini terjadi di depan gerbang sekolah tempat Rahmah mengajar yang berlokasi di Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Tak hanya ditampar, bahkan jilbab yang dipakai Rahmah sampai terlepas lantaran ditarik oleh orangtua siswa berinisial SH alias MP.
Kasus penganiyaan ini pun sekarang berujung di kantor polisi.
Korban telah melaporkan kejadian yang dialaminya kepada aparat penegak hukum.
Kejadian ini heboh lantaran banyak warga yang mengecam tindakan pelaku yang tega menganiaya seorang guru perempuan.
Rahmad Menceritakan kejadian penganiayaan yang dialaminya tersebut.
Dikutip Tribunjabar dari Serambinews.com, kasus penganiayaan terhadap Rahmah terjadi Rabu (20/11/2019).
Namun, kejadian itu baru heboh pada Sabtu (23/11/2019) setelah ramai diperbincangkan oleh warga.
Rahmah mengaku masih syok atas kejadian yang dialaminya tersebut.
Ia menceritakan kronologis hingga pristiwa pemukulan terhadapnya.
Rahmah mengaku hanya mengingat beberapa pukulan yang dialaminya berupa penamparan hingga membuat memar dan kepalanya bengkak.
Selain itu, oknum wali murid berinisial SH alias MP itu juga mencubitnya hingga membiru.
Sayangnya, warga yang menyaksikan tidak ada yang melerai hingga Rahmah mengalami memar.
Akibat penganiayaan, Rahmah belum berani masuk ke sekolah.
Sang ibu guru Rahmah juga mengaku kepalanya masih sakit sehingga belum mampu ke sekolah.
Kalaupun ke sekolah, kata Rahmah dia harus ditemani karena trauma dan kuatir kembali bertemu dengan wali murid atau orangtua siswa yang menganiayanya.
Rahmah telah melaporkan ke Mapolsek Sultan Daulat atas penganiayaan yang menimpanya dengan nomor surat tanda laporan LP-B/12/XI/2019/Sek Sultan Daulat 2019.
Rahmad berharap kasusnya cepat selesai dan tidak ada guru lain yang menjadi korban keganasan orangtua siswa.
”Saya berharap kasus ini diproses secara hukum sampai tuntas. Jangan sampai ada lagi kejadian sama yang menimpa guru. Terus terang kami trauma, saya masih syok, anak saya takut,” ujar Rahmah.
Anak Pelaku Dipaksa Mengaku
Kapolres Aceh Singkil AKBP Andrianto Agramuda melalui Kapolsek Sultan Daulat, AKP Dodi saat dikonfirmasi Serambinews.com, Minggu (24/11/2019) malam mengatakan, terkait tuduhan wali murid, bahwa sang guru mencubit anaknya saat belajar, harus bisa dibuktikan sang wali murid dengan bukti dan saksi-saksinya.
Menurut AKP Dodi, sejauh ini tidak ada bukti kuat jika sang guru mencubit anak pelaku penganiayan.
Malahan, kata AKP Dodi, sekilas terdengar dari para murid maupun guru di sana, ternyata pelaku memaksa anaknya untuk mengakui bahwa gurunya yang mencubit.
Masalahnya, anak yang masih duduk di kelas III B itu takut, sehingga apa yang disuruh ibunya dituruti.
Namun fakta di lapangan, guru maupun murid-murid membantah melihat Rahmah mencubit anak pelaku.
”Setelah kami telusuri ke sekolah, bahwa baik guru atau murid-murid mengatakan tidak ada korban mencubit anak pelaku. Bahkan memukul juga tidak ada, sudah kami telusuri itu,” ujarnya.
Pelaku Temperamen
Aparat kepolisian memastikan telah memproses laporan kasus wali murid yang menganiaya Rahmah (35) guru honorer Sekolah Dasar (SD) Negeri Jambi Baru.
AKP Dodi mengaku jika penyidik telah memanggil terlapor tapi tidak bersedia hadir.
Dari sikapnya, kata Kapolsek AKP Dodi, pelaku tampak temperamen sehingga apa yang diarahkan polisi maupun perangkat desa tidak diindahkan.
Bahkan surat panggilan polisi yang dikirim melalui kepala desa maupun kadus, pelaku tidak mau menerimanya.
Pelaku menyatakan tidak mau menerima surat polisi.
Polisi akan kembali melayangkan surat panggilan kedua, Senin (25/11/2019).
Menurut Polisi, terduga pelaku tidak kooperatif dengan aparat penegak hukum.
Sehingga, jika pemanggilan kedua tak kunjung direspon oleh terduga pelaku, maka akan dilakukan pemanggilan paksa oleh petugas.
Polisi sendiri sudah berupaya mengarahkan penyelesaian secara kekeluargaan. Korban sendiri menurut AKP Dodi, sudah berlapang dada untuk diselesaikan secara kekeluargaan, tapi pelaku justru lebih keras.
Anak Pelaku Berkelahi dengan Temannya
Penganiayaan itu terjadi Rabu (20/11/2019) pukul 10.30 WIB, yang bermula dari peristiwa pada 22 Oktober, di mana anak pelaku berkelahi dengan teman sekelasnya.
Saat itu, Rahmah sedang menulis di papan tulis dan diberitahu jika sang murid menangis. Lalu sebagai wali kelas, Rahmah mendamaikan sang murid karena hanya masalah kecil.
Lalu, lanjut Rahmah, berselang sepekan yakni Sabtu (26/10/2019) lalu wali murid berinisial SN datang ke dalam kelas saat proses belajar sedang dimulai dan menghampiri anaknya.
Rahmah sempat menanyai sang murid mengapa ibunya datang dan ternyata SN mendengarnya dan kembali masuk ke kelas.
Terjadi cekcok antara sang wali murid dengan Rahmah.
Wali murid memprotes soal anaknya yang berkelahi dan ia tidak terima. Rahmah berusaha menjelaskan saat kejadian dia tengah menulis sehingga tidak melihat, namun sudah didamaikan. Lagipula, perkelahian sang murid diawali ulah anak pelaku.
Wali murid itu pun kemudian menyinggung Rahmah yang masih berstatus guru honorer, hingga menyampaikan kata-kata kotor yang tak pantas.
Terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.
Dalam video yang beredar, tampak wali murid mengeluarkan ucapan bernada penghinaan menyebut guru dan kepala sekolah dengan kata tak pantas.
Lalu, terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.
Para guru mengarahkan untuk diselesaikan di kantor dan di hadapan kepala sekolah, tapi sang wali murid tetap tidak terima.
Ibu Guru Dicegat di Jalan
Pada Rabu (20/11/2019) lalu, Rahmah kembali dicegat sang wali murid dan menanyai berbagai masalah.
Rahmah mengaku jika persoalan merupakan tanggungjawab kepala sekolah.
Nah, sang wali murid tidak terima hingga terjadi penamparan dan menjambak jilbabnya hingga koyak.
Peristiwa miris ini terjadi tepat di depan pintu gerbang sekolah.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Cerita Guru Honorer Ditampar Orangtua Murid Hingga Memar, Pelaku Paksa Anaknya Mengaku Dicubit Guru.