Mengenal Ritual Memandikan Kayu Keramat Buyut Perbatang untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
KAYU mati yang dimandikan adalah kayu mati Buyut Perbatang yang dipercaya sebagai peninggalan wali.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID - ADA banyak ritual yang dilakukan masyarakat Cirebon dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.
Salah satunya adalah memandikan kayu mati, seperti yang dilakukan di Situs Pangeran Mancur Jaya di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Senin (18/11).
KAYU mati yang dimandikan adalah kayu mati Buyut Perbatang yang dipercaya sebagai peninggalan wali.
Prosesi pemandian dilakukan setiap tanggal 19 Rabiul Awal atau sepekan setelah panjang jimat di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.
Dalam ritual itu, tujuh pria terjun ke kolam berukuran sekitar tiga kali satu setengah meter. Balong sedalam satu setengah meter ini juga dikenal dengan sebutan Balong Tuk Mancur Jaya.
Kolam keramat ini dikelilingi oleh tembok bata merah setinggi kira-kira satu meter. Kayu Buyut Perbatang berada di dasar kolam. Panjangnya kira-kira dua meter.
Pelan-pelan, ketujuh pria itu mengangkat kayu dan memberikannya pada empat pria lain yang sudah bersiap di tepi kolam.
Sebelumnya, dilakukan pembacaan doa dan dikumandangkan azan.
Setelah pembacaan doa dan salawat, kayu pun dimandikan. Air yang digunakan, air kembang tujuh rupa.
Aroma kemenyan menyeruak selama prosesi berlangsung.
Setelah dimandikan, kayu dibungkus menggunakan kain kafan dan diletakkan kembali di dasar kolam.
Warga yang berkerumun di balik tembok bata merah yang mengitari kolam pun berebut menaburkan bunga ke arah kolam.
"Ritual ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu," kata juru kunci situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya, Raden Suparja, saat ditemui seusai kegiatan.
Inti dari tradisi, ujarnya, memang mengganti kain kafan yang membungkus kayu mati Buyut Perbatang.
Selain diikuti ratusan warga dari Cirebon dan sekitarnya, kata Suparya, ritual ini juga dihadiri perwakilan dari sejumlah daerah.