Yuk Intip Perjalanan Kehidupan Manusia dan Filosofi Sunda di Museum Ini
Museum Indung Rahayu yang terletak di pusat Kabupaten Purwakarta, Jalan Martadinata Nomor 10, telah beroperasi sejak 2017.
Penulis: Ery Chandra | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Museum Indung Rahayu yang terletak di pusat Kabupaten Purwakarta, Jalan Martadinata Nomor 10, telah beroperasi sejak 2017.
Dalam gedung yang berdiri di atas lahan seluas 600 meter persegi itu banyak dipajang tulisan, lukisan, dan informasi tentang fase kehidupan manusia hingga kebudayaan Sunda.
Wisatawan yang hendak berkunjung, tak dikenakan biaya alias gratis.
Pengunjung hanya mengisi buku tamu di depan pintu masuk dan pintu keluar.
• Jadi Penentu Kemenangan Tumbangkan Persija Putri, Ini Kata Kapten Persib Putri
Saat Tribun Jabar mengunjungi museum itu, Rabu (6/11/2019) siang, tidak terlihat banyak pengunjung.
Dari buku tamu, terlihat hanya dua pengunjung yang berkunjung hari itu.
Tribun Jabar disambut seorang pemandu museum, Sahdan Mulya Nugraha (30). Tak berselang lama, latar suara bebunyian dinyalakan, sembari berkeliling di delapan ruang museum.

"Bale indung ini menceritakan perjalanan manusia, dari rahim sampai meninggal. Budaya orang Sunda juga ada," ujar Sahdan, di Museum Indung Rahayu, Rabu (6/11/2019).
Pria yang mengenakan seragam serba hitam itu fasih menceritakan satu per satu setiap fase kehidupan manusia dan istilah-istilah sunda.
"Museum buka setiap hari, liburnya hari Senin atau tanggal merah. Buka dari pukul 9 pagi sampai jam 4 sore. Kalau sekarang enggak begitu ramai, nanti akhir tahun sangat ramai," katanya.
Pemandu itu menceritakan, sebelum gedung yang telah ada sejak zaman Hindia Belanda itu dialihfungsikan menjadi museum, bangunan itu digunakan sebagai gedung serba guna.
Kemudina pada 2015, gedung itu dijadikan tempat pertunjukan seni.
• VIDEO Dua Pengedar Narkotika Jaringan Lapas yang Diamankan BNN KBB, Ternyata Seorang Petani

"Sarat nilai museum ini. Sayang warga Purwakarta jarang sekali ke sini, yang antusias dari berbagai daerah. Bahkan catatan kami sudah ada pengunjung dari 25 negara ke sini," ujarnya.
Tak hanya sarat filosofi kisah ibu dan anak di dinding museum. Dipamerkan juga alat-alat petani zaman dulu, mainan tradisional, 6 jenis rumah adat sunda, alat musik, audio visual berupa simulasi hutan larangan, dapur masyarakat sunda, makanan khas sunda, hingga filosofi masyarakat Sunda kuno.