Milenial Susah Nabung untuk Beli Rumah? Helofina Anjurkan Konsep Seperti Ini

Memiliki rumah tentunya menjadi impian semua orang. Meningkatnya harga properti dan tanah saat ini membuat generasi

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ichsan
dok.tribun
ilustrasi perumahan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Memiliki rumah tentunya menjadi impian semua orang. Meningkatnya harga properti dan tanah saat ini membuat generasi masa kini kesulitan untuk membeli rumah.

Tingginya harga properti saat ini tak sejalan dengan naiknya pendapatan yang diperoleh.

Generasi milenial pun banyak yang tak bisa menabung dan mengelola pendapatannya untuk menyicil rumah.

Mereka lebih senang menghabiskan uangnya untuk berwisata dibandingkan ditabung untuk membayar uang muka rumah.

Chief Executive Officer, Halofina, Adjie Wicaksana mengatakan harga rumah yang semakin mahal khususnya di ring 1 wilayah perkotaan memang menjadi alasan sulitnya membeli rumah.

Tradisi Nyiram Gong Sekaten di Keraton Kanoman Cirebon, Tanda Gelar Panjang Jimat Sebentar Lagi

Sebagai aplikasi perencanaan manajemen keuangan, Halofina hadir untuk membantu generasi saat ini untuk mengelola pendapatan.

"Banyak milenial yang jadinya mendingan ngontrak rumah yang dekat dengan tempat kerja dibandingkan beli rumah. Lalu uangnya ada yang dipake traveling atau membeli mobil," ujar Adjie saat ditemui di Block 71, Jalan Dago No 108, Kota Bandung, Rabu (6/11/2019).

Ia mengatakan istilah dari milenial yang tak kunjung bisa menabung dikenal dengan sebutan Henry (high earning not reach yet).

Sebagai milenial yang lebih senang menghabiskan uangnya untuk entertainment, Adjie mengingatkan untuk seimbang dalam melakukan pengeluaran.

"Lifestyle itu enggak dilarang, boleh saja itu hal yang natural. Wajarnya menghabiskan uang itu dengan konsep 4+3+2+1.

Viral, Wanita di Sumedang Melahirkan Tanpa Hamil, Begini Informasi Langsung dari Sumbernya

Adalah 40% untuk dihabiskan konsumsi, 30% untuk cicilan produktif, 20% untuk masa depan pendidikan anak, dan 10% untuk zakat dan pajak.

Menurutnya pengeluaran untuk entertainment memang harus ada tetapi budgetnya perlu diatur.

Ia menyebutkan data literasi keuangan dari OJK sebanyak 60% masyarakat memang belum merencanakan keungan dengan baik.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved