Ngobrol Kebangsaan tentang Sumpah Pemuda dan Hari Jadi Wanayasa ke-334
Pemuda dan pemudi di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta menggelar dialog kebangsaan bertema
Penulis: Ery Chandra | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Pemuda dan pemudi di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta menggelar dialog kebangsaan bertema "Temu Rasa Pemuda Istimewa". Untuk memperingati hari sumpah pemuda dan hari jadi Kecamatan Wanayasa ke-334 tahun.
Dari pengamatan Tribun Jabar, kegiatan dimulai pada Rabu (30/10/2019) pukul 20.40 WIB dan berakhir 23.51 WIB. Dibuka dengan penampilan musik perkusi sampah dari 3D.
Pembacaan puisi berjudul tanah air mata karya Sutardji Calzoum Bachri dan sajak anak muda karya WS Rendra. Disela kegiatan ada kuis, dan diakhiri dengan sesi tanya jawab.
Puluhan orang hadir dalam dialog kebangsaan itu. Menghadirkan pembicara Asep Supriatna (Ketua DPD KNPI Purwakarta), Purwanto (Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta), AKP Ma’mun Murod (Kasat Binmas Polres Purwakarta) dan Haris Budiman (Perwakilan pemuda inspiratif Wanayasa).
• Mulai Sekarang, Minumlah Air Putih Hangat Setelah Bangun Tidur di Pagi Hari, Manfaatnya Segudang Lho
Asep menyampaikan makna tanah air dan kebangsaan sangat luas. Terlebih berbagai kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku bangsa. 17.504 pulau dan belum termasuk pulau tak bernama.
"Apabila ada yang debat tentang itu sebetulnya telah selesai. Para pemuda tahun 1928 melepaskan sekat itu. Kini, tak lagi bicara asal suku dari mana. Tapi menyatukan bangsa indonesia," ujar Asep, di Alun-alun Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Rabu (30/10/2019), malam.
• Di Cekelet Garut Murid SD Dikeluarkan dari Ruang Kelas, Dampak Gempa Pangandaran
Purwanto menuturkan dalam perspektif pendidikan penting anak-anak muda merawat tradisi dan kebangsaan. Maka perlu kembali direkatkan melalui potensi desa, adat istiadat, dan nasionalisme.
Ma’mun mengingatkan kepolisian mengemban tugas dari negara. Nilai kebangsaan perlu dikuatkan lagi. Demi kebersamaan dalam bingkai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Haris menyatakan soal kebangsaan dan nasionalisme tak mesti disampaikan dengan bahasa yang berat. Sebagai pemuda desa, penting menyadari identitas dan potensi di desa. Terutama, percaya diri bergelut dibidang pertanian. Mengingat Wanayasa dikenal potensi alamnya.
"Bagaimana caranya bangun pemudanya tertarik hidup di desa. Sehingga mampu bersaing. Melalui semangat untuk menggali di desa dan memajukannya," katanya.
• Begini Penjelasan BMKG Soal Gempa Bumi yang Guncang Pangandaran, Terasa di Banjar hingga Tasikmalaya