Hari Sumpah Pemuda

Ketahui 10 Fakta Menarik Tentang Sumpah Pemuda, Tindakan Mohammad Yamin Rumus Ikrar Tak Terduga

Berikut ini 10 fakta tentang Sumpah Pemuda yang perlu diketahui, gagasan bangsa Indonesia bersatu patahkan politik adudomba kolonial.

Editor: Hilda Rubiah
Twitter via Tribun Jatim
Ketahui 10 Fakta Menarik Tentang Sumpah Pemuda, Tindakan Mohammad Yamin Rumus Ikrar Tak Terduga 

TRIBUNJABAR.ID - Selamat Hari Sumpah Pemuda.

Tak terasa 28 Oktober 2019 masyarakat Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke 91.

Untuk memperingatinya, ada baiknya kamu bisa mengenali sejumlah faktanya.

Seperti diketahui sejarah Sumpah Pemuda ini tak terlepas dari peran penting sebagai tonggak lahirnya Indonesia.

Setelah tiga abad dikalahkan kololonialisme, para pemuda mulai geram.

Pada 28 Oktiber 1928 akhirnya para pemuda dari berbagai suku bangsa di Nusantara bersatu.

Kumpulan Gambar Bergerak GIF Ucapan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Cocok Dikirim di WA atau Facebook

Mereka berikrar bersatu satu tujuan untuk melawan tindakan kolonialisme.

Dilansir dari berdikarionline.com, para pemuda ini mematahkan politik devide et impera.

Politik devide et impera merupakan politik adudomba kolonial untuk memecah belah Nusantara saat itu.

Pergerakan nasional itulah bermula karena dipelopori oleh para pemuda ini.

Mereka perlahan-lahan menyingkirkan sekat, ras, suku dan agama.

Dari pergerakan ini pemuda menyongsong satu tujuan, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, kelak melahirkan Indonesia.

Kumpulan Ucapan Hari Sumpah Pemuda 2019, Cocok Buat Update Status WhatsApp

Nah, berikut ini 10 fakta Sumpah Pemuda yang perlu kamu ketahui, dilansir dari berdikarionline.com.

1. Bermula dari Kongres Pemuda

Peserta Kongres Pemuda II yang kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.
Peserta Kongres Pemuda II yang kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. (Twitter via Tribun Jatim)

Ikrah Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II.

Kongres ini pun berlangsung selama dua hari di Jakarta, pada 27-28 Oktober 1928.

Dalam kongres itu diselenggarakan di tiga kali rapat di tempat berbeda-beda.

Pertama di Gedong Katholieke Jongenlingen-Bond, Waterlooplein (sekarang daerah Lapangan Banteng),
Rapat kedua di Oost Java Bioscoop Koningsplein Noord (sekarang jalan Medan Merdeka Utara).

Kemudian rapat ketiga diselenggarakan di Gedong Indonesisch Clubgebouw Kramat 106. Nah, Sumpah Pemuda itu dibacakan di Rapat Ketiga.

2. Jumlah peserta

Saat itu diperkirakan jumlah peserta dari kalangan pemuda yang hadir mencapai 700 orang.

Namun merujuk pada daftar hadir hanya 82 orang saja yang tercatat dari dokumen yang tersisa.

Hal itu lantaran Kongres Pemuda tersebut diawasi kolonial dan menyita dokumen-dokumen kongres.

Kumpulan Meme Lucu Hari Batik Nasional 2019, Lihat Superhero hingga Pocong Ini Bikin Ngakak

3. Kalangan Pemuda dari Organisasi

GuruPendidikan.com
GuruPendidikan.com ()

Sebagian besar peserta Kongres Pemuda merupakan utusan dari berbagai organisasi pemuda dari berbagai daerah.

Di antaranya Jong Java, Jing Soematra, Jong Ambon, Pemoeda Kaoem Betawi, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jing Bataksbond, Jong Celebes.

Adapula dihadiri Perhimpoenan Peladjar-peladjar Indonesia (PPPI) dan utusan golongan timur asing Tionghoa.

4. Penamaan Sumpah Pemuda

Perlu diketahui istilah Sumpah Pemuda tidak muncul sebagai penamaan Kongres Pemuda tersebut.

Penyebutan Sumpah Pemuda diberikan setelah kongres tersebut diputuskan dan dikenal sampai sekarang.

5. Tiga Butir Ikrar

Dari rumusan kongres itu dihasilkan tiga butir ikrar.

Sebagaimana yang tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda.

Penulisan rumusan itu pun menggunakan ejaan van Ophuijsen atau ejaan bahasa Melayu dikenal sekarang huruf latin.

Berkut tiga butir rumusan ikrar kongres:

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Informazone.com
Informazone.com ()

Ini Tokoh Penting Sumpah Pemuda, Jejaknya Bersejarah, Pengacara Terkenal pada Masanya

6. Rumusan Kongres Pemuda II

Ada yang menarik dari hasil akhir Kongres Pemuda II tersebut.

Seperti diketahui gagasan rumusan Sumpah Pemuda berasal dari Mohammad Yamin.

Pada sesi terakhir Mr Sunario berpidato, Mohammad Yamin menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo Djojopespito.

Mohammad Yamin sembari berbisik kepada Soegendo, "Saya punya rumusan resoluse yang luwes."

Setelah itu Soegondo membacarakan surat berisi rumusan resolusi itu.

Sesaat Soegondo melihat ke arah Mohammad Yamin dan ia hanya tersenyum.

Saat mengakhiri bacaannya, Soegondo spontan menyatakan paraf 'Setuju'.

Setelah itu usulan rumusan tersebut diteruskan dengan menyatakan paraf 'Setuju' dari seluruh utusan.

Kompas.com
Kompas.com ()

7. Larangan kata Merdeka

Sejak pertama diselenggarakan kongres, yel-yel Merdeka sudah ramai dikumandangkan.

Hal itu membuat kolonial geram dan mengawasi ketat jalannya kongres.

Hingga akhirnya kolonial melarang kata Merdeka dalam kongres tersebut.

8. Pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperdengarkan

WR Supratman, sang pencipta Indonesia Raya
WR Supratman, sang pencipta Indonesia Raya (Tribunnews)

Dalam kongres itu, untuk pertama kalinya lagi Indonesia Raya diperdengarkan.

Bahkan langsung dimainkan oleh penciptanya sendiri Wage Roedolf Soepratman menggunakan instrumen biola.

Namun saat itu lagu Indonesia Raya diperdengarkan tanpa syair.

Hal itu karena dikhawatirkan kolonial curiga dengan kata Indonesia dan Merdeka.

9. Pembicaraann menggunakan bahasa Belanda

Sebagian pembicaraan dalam Kongres Pemuda II menggunakan bahasa Belanda.

Hanya Mohammad Yamin yang saat itu mahir menggunakan bahasa Melayu.

Oleh karena Yamin ditunjuk sebagai Sekretaris Sidang untuk memduahkan penerjemahan pidato.

Sekepakan sidang pun dijelaskan Yamin dalam bahasa Melayu, yang kelak menjadi bahasa Indonesia.

10. Bahasa Melayu

Setelah Muhammad Yamin menetapkan kongres menggunakan bahasa Melayu.

Hampir semua utusan tidak memperdebatkan penggunaan bahasa tersebut.

Bahasa Melayu cikal bakal menjadi bahasa nasional nyaris tidak mendapatkan penolakan.

Para pembicara mengindari isu-isu yang mengundang perbedaan karena beda suku, etnis dan agama.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved