Terpopuler
Rekam Jejak Mendagri Tito Karnavian Mantan Kapolri, Peringkus Gembong Teroris, Noordin M Top Lewat
Tito Karnavian kerap unjuk gigi tiap kali ada masalah yang menganggu ketertiban umum dan mengancam keamanan.
TRIBUNJABAR.ID - Di antara deretan wajah baru menteri Jokowi dan Maruf Amin, ada sosok Tito Karnavian yang dilantik menjadi Menteri Dalam Negeri atau Mendagri.
Sosok Mendagri Tito Karnavian tak asing di muka publik. Sebelum dipilih jadi menteri di kabinet Indonesia Maju, ia merupakan Kapolri.
Selama menjadi orang nomor satu di kepolisian, Tito Karnavian kerap unjuk gigi tiap kali ada masalah yang menganggu ketertiban umum dan mengancam keamanan.
Selama menjadi Kapolri, Jenderal bintang empat ini pun kerap buka suara ketika ada kasus besar.
Satu di antaranya yang paling banyak diperbincangkan ketika kisruh Pilpres 2019.
Misalnya, ketika terjadi kerusuhan hingga ada ancaman pembunuhan terhadap para Jenderal.
Tito Karnavian pun muncul di layar kaca membeberkan rentetan kejadian hingga pelakunya kepada publik.

Tak hanya itu, baru-baru ini ia pun muncul ketika mantan Menkopolhukam Wiranto menjadi korban penusukan.
Ia pun muncul paling depan mengungkap pelaku yang merupakan terduga teroris.
Dalam pengungkapan kasus terorisme, bisa dikatakan Mendagri Tito Karnavian memang ahlinya.
Sebelum menjadi Kapolri, sepak terjangnya ini sudah teruji dalam bidang terorisme.
Diketahui, ia sempat mengungkap kasus teror bom Thamrin, di Jakarta.
Saat itu, ia menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Pada peristiwa ini, Tito Karnavian pun berhasil mengerahkan pasukannya sehingga bisa langsung menangkap para pelaku teror.
Seperti yang dimuat Kompas, dalam waktu 25 menit para pelaku langsung dilumpuhkan.
Atas keberhasilannya ini, ia pun diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT.
Pengangkatan ini bahkan dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi.

Pangkatnya juga dinaikan menjadi Komisaris Jenderal.
Sebelum itu, ia pun sempat mengungkap gembong teroris yang diduga kuat menjadi dalang pada peristiwa bom Bali pada 2002 dan 2005.
Ia berhasil menangkap Azahari Husin, di kawasan Batu, Malang Jawa Timur.
Diketahui, Azahari Husin kala itu diduga kuat menjadi otak teror bom Bali.
Ia merupakan seorang insyisur asal negeri seberang, Malaysia.
Saat menangkap Azahari Husin, Tito Karnavian memimpin tim Densus 88 Polda Metro Jaya.
Tito Karnavian pun kembali naik pangkat menjadi Komisaris Besar.
Selain Azahari Husin, Tito Karnavian pun turut terlibat dalam penangkapan Noordin M Top.
Noordin M Top ini juga diburu sejak terjadi teror bom Bali pada 2002.
Namun, gembong teroris yang satu ini akhirnya berhasil dilumpuhkan di kawasan Mojosongo, Jebres, Surakarta.
Keberhasilan Tito Karnavian pun membuat dirinya kembali mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa.
Pangkatnya dinaikkan dari Komisaris Besar menjadi Brigadir Jenderal.
Selain itu, ia pun mendapatkan promosi menjadi kepala Densus 88 Antiteror.
Tak hanya itu, Tito Karnavian pun sempat berhasil dalam operasi antiteror konflik di Poso.
Di bawah komandonya, timnya mampu menangkap puluhan orang yang berada di balik konflik Poso itu.
Kini, Tito Karnavian pun sudah resmi menjadi Mendagri. Ia melepaskan jabatannya dari Kapolri.
Masa Lalu Mendagri Tito Karnavian
Sekitar 35 tahun yang lalu, Tito Karnavian yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara, 'nekat' berangkat dari Palembang ke Magelang.
Saat itu ia yang baru lulus dari SMAN 2 Palembang membawa uang Rp 12 ribu.
Uang dengan jumlah segitu memang tak bisa dikatakan kecil.
Sebagai perbandingan, pada 1980-an, harga emas mencapai Rp 10 ribu per gram-nya.
Di Magelang, Tito menjalani pendidikan dasar di Akabri.
Kala itu, semua taruna Akpol hingga Akademi Angkatan Darat, Udara, dan Laut memang wajib menjalani penididikan di Akabri.
Selain itu, bukan tanpa alasan Tito Karnavian memilih Akabri.
Padahal, saat itu, Tito juga diterima di UGM, STAN, hingga Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
"Dia ingin meringankan beban ayahnya," ujar Achmad Saleh, ayah Tito Karnavian, kepada Tribun Sumsel, dikutip TribunJabar.id dari berita Kompas.com yang terbit pada 17 Juni 2016.
Tito ternyata memahami kondisi orang tuanya saat itu.
Jika ia masuk ke universitas, tentu saja tanggungan ayahnya, terutama dalam soal biaya, akan semakin berat.
Uang saku bulanan termasuk sewa kamar kosan tentu akan dibutuhkannya kalau masuk universitas.
Namun, biaya tersebut tak perlu disiapkan jika Tito masuk ke Akabri.
ingga akhirnya, Tito muda pun menempuh pendidikan di Magelang.
Hebatnya, ia mendapatkan ganjaran penghargaan Adhi Makayasa setelah menyelesaikan pendidikan Akpol tahun 1987.
Penghargaan tersebut diberikan kepada lulusan terbaik di setiap angkatannya.