Pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto Sinyal Kuat Gerindra Gabung Pemerintah,Bagaimana Partai Pendukung?
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu di Istana Kepresidenan
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu di Istana Kepresidenan, Jumat (11/10/2019).
Apakah ini menjadi tanda akan bergabungnya Gerindra dalam Kabinet Jokowi-Maruf Amin?
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan menilai pertemuan Jokowi dan Prabowo semakin menegaskan Gerindra siap bergabung di pemerintahan.
"Makin menegaskan bahwa Gerindra siap bergabung di kabinet," ujar pengamat politik dari Universitas Paramadina Djayadi Hanan kepada Tribunnews.com, Minggu (13/10/2019).

Di sisi lain, kata dia, ini juga sinyal kuat kepada partai-partai pendukung Jokowi yang cenderung menolak bergabungnya Gerindra.
"Jadi bola di tangan Pak Jokowi dan parpol-parpol pendukungnya," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini.
Menurut dia, kepastian bergabungnya Gerindra kini tergantung pada berhasil atau tidaknya Jokowi meyakinkan parpol-parpol pendukungnya dalam pilpres lalu.
Dia menduga, ada kemungkinan parpol pendukung Jokowi tersebut keluar dari koalisi Jokowi, bila Gerindra bergabung.
Tapi imbuh dia, jika Jokowi tegas dalam sikapnya mengajak Gerindra, dia duga parpol-parpol pendukung pada akhirnya akan tetap bersama di pemerintahan.
"Alasannya karena dalam kalkulasi politik untuk konsolidasi partai menuju 2024 akan lebih menguntungkan bagi parpol-parpol tersebut untuk berada dalam pemerintahan," jelasnya.
Pengamat Politik dari Indo Barometer, M Qodari juga menilai hal yang sama di balik pertemuan kedua antara Jokowi dengan Prabowo.
"Pertemuan Jokowi dan Prabowo di Istana juga menjadi sinyal kuat. Apalagi kalau Prabowo menyatakan siap membantu jika diperlukan. Itu kira-kira 90 persenlah, Gerindra akan bergabung. Sisanya 10 persen, kalau terjadi dinamika-dinamika lain yang terjadi di depan," ujar Qodari.
Dia melihat ada tiga aspek penting menunjukkan peluang Gerindra gabung dengan pemerintah itu besar.
Pertama, dari sisi ideologi, PDI Perjuangan sebagai partai yang membesarkan Jokowi, sama dengan Gerindra itu adalah partai nasionalis.
"Bahkan dari platform, sebetulnya PDI Perjuangan dan Gerindra itu mirip saudara sepupu. Kalau PDI Perjungan itu partainya wong jilik. Gerindra bicara petani dan nelayan. Dari awal berdiri demikian," jelasnya.
Fokus PDI Perjuangan dan Gerindra juga sama, yakni soal pangan, keadulatan, pertahanan.
"Gaya Prabowo juga terinspirasi Bung Karno. Lihat saja gaya berpakaian Prabowo, gayanya Bung Karno dahulu," ucapnya.
Kedua, Jokowi dan Prabowo punya hubungan yang mesra.
Walaupun rival di Pilpres 2019 lalu, tapi sepanjang periode 2014-2019, mereka saling bertemu.
"Juga saling support. Bahkan sudah bertemu juga pascapilpres 2019 lalu," jelasnya.
Ketiga, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri juga sudah bertemu dengan Prabowo.
"Megawati juga berhubungan baik dengan Prabowo, sampai sempat menimbulkan istilah poros Teuku Umar," katanya.
Jadi dari tiga aspek itu, dia menilai, peluang Gerindra gabung dengan pemerintah itu sangat besar.
Apalagi dari kacamata Jokowi. Karena Jokowi baru akan merasa nyaman, jika partai yang berada di pemerintahan itu mencapi 70-75 persen.
"Hal itu juga tercermin pada periode 2014-2019 lalu. Kalau dulu itu yang ditarik adalah Golkar. Sekarang Gerindra," ujarnya.
Karena itu, jika melihat dari variabel-variabel itu, sangat mungkin Gerindra akan bergabung ke dalam pemerintahan.
"Tinggal detailnya saja, apa dan berapa menteri, itu masih dalam proses "negosiasi." Itu kira-kira 90 persen lah, Gerindra akan bergabung. Sisanya 10 persen, kalau terjadi dinamika-dinamika lain yang terjadi di depan," jelasnya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio melihat sebaliknya, bahwa kecil peluang Gerindra akan memperoleh kursi di Kabinet Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin.
Meskipun Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sudah bertemu dengan Jokowi di Istana Kepresidenan, Jumat (11/10/2019).
"Kecil kemungkinan Gerindra akan dapat kursi Kabinet, saat Jokowi bertemu dengan Prabowo ini," ujar pendiri lembaga analisis politik KedaiKOPI ini kepada Tribunnews.com, Jumat (11/10/2019).
Apalagi dalam pertemuan bersama Jokowi, Prabowo menyatakan, bila dibutuhkan saja, akan siap bergabung.
"Hingga saat ini saya masih melihat sangat kecil kemungkinan Gerindra akan dapat kursi menteri dengan alasan partai-partai koalisi Jokowi yang sudah banyak," jelasnya.
Kalaupun Jokowi memberikan jatah Menteri, kata dia, maka sosok itu bukan kader Gerindra. Tapi akan berasal dari tokoh yang terafiliasi atau didorong Prabowo.
"Kalau dapat, sosok yang akan mengisi kursi Menteri itu bukan berasal dari kader Gerindra. Tapi profesional atau tokoh yang terafilisisi dengan Prabowo atau didorong Prabowo," katanya.
Melalui pertemuan dengan Prabowo, menurut dia, Jokowi hanya ingin memperbanyak dukungan dari partai politik dalam menghadapi sejumlah isu strategis, misalnya Perppu KPK, pemindahan Ibukota Negara dan Amandemen UUD 1945.
"Tampaknya Jokowi sedang memperbanyak teman. Terutama untuk beberapa hal yang memang dia butuh dukungan. Misalnya isu Perppu KPK, pemindahan ibukota, bahkan Amandemen UUD 1945. Sehingga dukungan dari banyak pihak ini menjadi diperlukan," tegasnya.
Respons PKS
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menilai positif pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
"Pertemuan antar-elite positif. Menunjukkan kerukunan dan kesejukan," ujar Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera kepada Tribunnews.com, Jumat (11/10/2019).
Apakah ini pertanda Gerindra akan masuk kabinet?
Mantan Wakil Ketua BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ini menilai mungkin saja demikian.
"Mungkin iya mungkin tidak. Di politik jumlah kemungkinan jauh lebih banyak ketimbang di wilayah lain," jelas anggota DPR RI ini.
Kalau pun akan bergabung ke pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, sebagai rekan koalisi di Pilpres 2019 lalu, PKS tetap akan bersahabat dengan Gerindra.
"PKS akan selalu bersahabat dengan Gerindra dan partai lainnya untuk memajukan negeri," ucapnya.
PKS pun menegaskan sikap tetap sebagai oposisi pemerintah untuk lima tahun mendatang.
"Kami oposisi juga mulia dan diperlukan untuk demokrasi yang sehat. Karena itu tetap berdoa semoga Gerindra dapat bersama dalam oposisi," ujarnya.
Jokowi dan Prabowo Bahas Bergabungnya Gerindra ke Koalisi
Presiden Jokowi dan Prabowo membahas kemungkinan bergabungnya Partai Gerindra ke koalisi partai politik pendukung pemerintahan.
Hal tersebut diakui Presiden Jokowi usai bertemu Prabowo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10/2019).
"Juga berkaitan dengan masalah koalisi. Kami tadi sudah berbicara banyak mengenai kemungkinan Partai Gerindra masuk ke koalisi kita," ujar Jokowi.
Meski demikian, Presiden mengakui, pembahasan Gerindra bergabung ke koalisi parpol pendukung pemerintah belumlah rampung.
"Tapi untuk urusan yang satu ini belum final," ujar Jokowi.
Jokowi tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang menyebabkan pembahasan tersebut belum rampung.
Prabowo sendiri yang turut hadir ketika Presiden Jokowi memberikan keterangan pers menegaskan, siap membantu pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin apabila diperlukan.
"Saya sampaikan ke beliau, kalaupun kami diperlukan (di pemerintahan), kami siap membantu," ujar Prabowo.
"Kami akan memberikan gagasan optimis, kami yakin Indonesia bisa tumbuh, bisa bangkit cepat," jelasnya.
Prabowo menekankan bahwa Partai Gerindra selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.
Meskipun berbeda pandangan politik dan pernah terlibat rivalitas pada pesta demokrasi, Prabowo meyakinkan bahwa hal itu bukanlah penghalang.
"Kami bertarung politik. Tapi begitu selesai, kepentingan nasional yang utama. Kita harus bersatu," lanjut Prabowo.