Mengejutkan, di Jabar Banyak Anak Alami Masalah Kejiwaan Gara-gara Kecanduan HP, Ada Anak 5 Tahun
Ada fakta mengejutkan mengenai kondisi kesehatan kejiwaan masyarakat, terutama anak-anak di Jawa Barat.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
Elly pun mengatakan hal itu bisa dicegah dari awal, yakni memberikan gadget pada anak sesuai dengan usianya.
Selain itu, orang tua harus membuat anaknya aktif bermain dengan teman seusia anaknya dan mempopulerkan kembali permainan tradisional.
"Kalau gadget dipakai berlebihan dan menjadi ketergantungan bisa menganggu jiwa anak tersebut," ujarnya. (TribunJabar/Syarif Abdussalam)
Hindari Kecanduan Main Game
Wakil Ketua Bidang Psikologi KONI Provinsi Jawa Barat, Dra. Ardanti R Widyastuti, Psi, paparkan cara menghindari risiko kecanduan bermain gim.
Menurutnya, risiko yang perlu di waspadai bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO), tahun 2018 ini memasukan gaming disorder atau kecanduan gim ke dalam internasional Classification of Diseases (ICD)-DSM.
• RSJ Cisarua Mulai Kebanjiran Pasien Anak Kecanduan Gadget
Sementara satu studi mendapati bahwa keseringan menatapi layar dapat membahayakan jiwa anak, yakni Narkolema, yang dapat merusak otak anak.
Cara menghindari resiko tersebut, menurut Ardanti, dengan membuat kurikulum atau program yang terstruktur dalam pelatihan eSport, kerja sama antara pelatih, sekolah, dan orangtua.
Setelah itu, program yang telah dibentuk, harus dijalankan dengan disiplin yang baik.
Menurut Ardanti, tidak adanya pola disiplin akan menyebabkan kecanduan gim.

"Berkaitan dengan dunia pendidikan yang cukup empat tahun terakhir ini, banyak keluhan tentang kecanduan gim. Kecanduan yang terjadi disebabkan karena tidak ada pola disiplin," ujar Ardanti, di Konferensi Pers High School League, Jalan Otto Iskandar Dinata No.16, Senin (17/9/2018).
Pelatih, sekolah, dan orangtua juga harus mengawasi dan memantau, dengan membuat sistem parental control.
Sekolah dan orangtua juga dapat menetapkan persyaratan prestasi yang bagus untuk mengikuti program pembinaan, sebagai bentuk tanggung jawab pelajar terhadap tugas studinya.
Tanggung jawab tersebut dibuat sebagai kesepakatan antara sekolah, orangtua, dengan anak.