Minggu Neraka Calon Komando Kopassus TNI AD, Dilepas Tanpa Bekal di Nusakambangan, Disiksa di Kamp
Menjadi Kopassus TNI AD sangat berat seleksinya. Tahap akhir pendidikan Kopassus di Nusakambangan itu lah paling mengerikan, dikenal Minggu Neraka.
Ujian Masuk Kopassus TNI AD Sangat Berat, Menyeberang Jurang, Hadapi Minggu Neraka di Nusakambangan, Hingga Disiksa di Kam Tawanan
TRIBUNJABAR.ID- Menjadi anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD menjadi kebanggaan bagi setiap prajurit TNI AD.
Bangga menjadi anggota Kopassus TNI AD karena untuk masuk harus melewati seleksi yang sangat berat.
Tidak semua prajurit TNI AD bisa masuk Kopassus. Buktinya dalam sebuah seleksi, calon prajurit Kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2.500 orang.
Sehingga ada sekitar 3.900 prajurit yang tak lulus.
• Prabowo Ucapkan Dirgahayu TNI ke-74, Masa Muda Mantan Danjen Kopassus Berseragam TNI Jadi Sorotan
Setelah lolos, calon komando Kopassus akan mengikuti serangkaian pelatihan yang tidak mudah, mendaki gunung, menjelajah hutan, hingga berenang menyeberangi Nusakambangan.
Tahap akhir pendidikan komando Kopassus di Nusakambangan itu lah yang paling mengerikan, sehingga dikenal week hell atau Minggu Neraka.
Seperti inilah beratnya seleksi untuk menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kopassus merupakan bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia.
Kemampuan khusus yang dimiliki anggota Kopassus antara lain bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Diketahui, dalam sejarah Kopassus, kesatuan baret merah TNI AD ini pernah melakukan seleksi ulang hingga membuat lebih dari 3.000 prajuritnya dinyatakan tak lulus.
• Kisah Kopassus Memburu Mbah Suro, Dukun Simpatisan PKI yang Kebal Senjata Tajam dan Tembakan
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto via Intisari (grup TribunJatim.com), saat itu Kopassus memang tengah melakukan perampingan organisasi besar-besaran, sehingga diadakan seleksi yang berat.
Seleksi yang berat itu membuat prajurit kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2.500 orang.
Sehingga ada sekitar 3.900 prajurit yang tak lulus.

Dalam bukunya itu, Sintong Panjaitan bercerita betapa beratnya seleksi yang saat itu diadakan di Sukabumi.