Putra DN Aidit Berhari-hari di Pengasingan, tanpa Orang Tua, Harapan Pupus Dikabari Ayahnya Ditembak

Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S adalah sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
Warta Kota
D.N. Aidit 

Ia dikawal oleh pengawal pribadinya, Kolonel Maulwi Saelan dan ajudan, Kolonel Bambang Widjanarko.

Maulwi saat itu juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden Tjakrabirawa.

Pukul 24.00 WIB, Maulwi melapor kepada Bung Karno untuk pulang ke kediamannya.

Ia pulang ke kediamannya di Jalan Birah II No.81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan karena tak ada lagi tugas pengawalan sang presiden.

Namun ternyata, sepulangnya Maulwi, Bung Karno tak menetap di Istana Negara.

Ia pergi dari Istana dikawal Kompol Mangli.

Kompol Mangli juga membawa timnya yang berpakaian preman.

DN Aidit Miliki Suara Bagus dan Peduli Pada Masjid

Bung Karno menuju ke rumah istrinya, Ratna Sari Dewi.

Sesampainya di lokasi, orang yang dituju ternyata sedang keluar menghadiri malam resepsi di Hotel Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Irak di Jakarta.

Bung Karno pun kemudian menyusul ke Hotel Indonesia.

Soekarno rela menunggu Dewi di parkiran hotel.

Sementara itu, sopir pribadi presiden, Soeparto, menjemput Dewi.

Dikawal anak buah Mangli, Ajun Inspektur II Sudiyo, Seoparto menjemput Ratna Sari Dewi.

Rombongan kemudian kembali ke rumah Ratna Sari Dewi di Jalan Gatot Subroto.

Di lain tempat, tepatnya di timur Jakarta, para jenderal sedang diculik kemudian dibantai.

Lokasi pembantaian itu jaraknya sekitar 10 kilometer dari rumah Dewi,

Soekarno baru mengetahui informasi pembantaian para jenderal pada 1 Oktober 1965 jelang siang hari.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved