Putra DN Aidit Berhari-hari di Pengasingan, tanpa Orang Tua, Harapan Pupus Dikabari Ayahnya Ditembak
Peristiwa Gerakan 30 September atau G30S adalah sejarah kelam bagi bangsa Indonesia.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Widia Lestari
Ia dan beberapa saudaranya meninggalkan rumah begitu saja.
Bahkan, beberapa pembantu pun langsung kabur.
Ilham Aidit yang masih polos masih menyangka, meninggalkan rumah hanya untuk sementara.
Namun takdir berkata lain, ia berhari-hari harus berada di pengasingan.
• Cerita DN Aidit Kutu Buku dan Sempat Kerja di Perpustakan
Koran demi koran ia baca untuk mengetahui kabar kedua orang tuanya.
Harapannya pupus pada 23 November 1965.
Ilham menerima kabar, ayahnya, DN Aidit, telah ditembak mati di wilayah Boyolali, Jawa Tengah.
"Saat itu rumah sudah ditinggal begitu saja. Kemudian dijarah. Dan hilang semuanya," ujarnya. (Laporan Wartawan TribunJabar.id, Ery Chandra)
Keberadaan Bung Karno

Tak sedikit yang bertanya-tanya, di mana keberadaan Sang Proklamator, Soekarno saat peristiwa Gerakan 30 September atau G30S terjadi.
Pertanyaan di mana keberadaan presiden pertama Republik Indonesia saat peristiwa pembunuhan para jenderal itu sudah terjawab.
Dalam buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno, disebutkan, 'Putra Sang Fajar' memang berkegiatan sampai larut malam.
Kendati demikian, Soekarno tak mengetahui akan terjadi kejadian mengerikan tersebut.
Pria yang juga dijuluki sebagai Bung Karno itu ternyata sempat menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) pada 30 September 1965 malam.
• Taufiq Kiemas Saran Putra DN Aidit Pindahkan Pusara Ayahnya
Tentu saja, acara tersebut adalah acara penting bagi Bung Karno.
Selain sebagai pemimpin negara, ia juga adalah seorang insinyur.