Warga di Sampiran Cirebon Jejerkan Jeriken Untuk Dapatkan Air Bersih, Dampak Bencana Kekeringan
Bencana kekeringan akibat musim kemarau di Kabupaten Cirebon selama tiga bulan terakhir ini, membuat banyak warga kesulitan memperoleh air bersih
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Dedy Herdiana
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Bencana kekeringan akibat musim kemarau yang terjadi di Kabupaten Cirebon selama tiga bulan terakhir ini, membuat banyak warga kesulitan memperoleh air bersih untuk kebutuhan rumah tangga.
Tepatnya di Blok Sampiran, Desa Sampiran, Kecamatan Talun, untuk mendapatkan air bersih warga memanfaatkan sumur pantek yang dibangun oleh pemerintah setempat, sumur tersebut berada di tengah permukiman penduduk.
Dari pantauan Tribun Jabar, Rabu pagi (11/9/2019), warga di Desa Blok Sampiran berdatangan ke lokasi sumur pantek untuk mendapatkan air bersih, warga yang datang ke lokasi tersebut membawa sejumlah jeriken air.
• Kisah Warga Pasirhalang Mandikan Jenazah saat Dilanda Kekeringan, Bingung Mau Bagaimana
• Hingga Oktober 2019, KPBD Kota Cirebon Masih Siaga Darurat Kekeringan
Setibanya di lokasi sumur pantek, jeriken-jeriken tersebut pun kemudian dijajarkan tepat di depan pintu sumur yang di dalamnya juga, terdapat fasilitas mandi cuci kakus (MCK) umum.
Setelah menyimpan jeriken untuk diisi air, warga pun kemudian lokasi sumur pantek dan akan kembali pada waktu sore hari, lantaran pengisian jeriken dilakukan oleh petuga yang ditunjuk langsung oleh pemerintah desa.
Tajudin (56), warga Blok Sampiran, menuturkan, aktivitas mengambil air di sumur pantek dilakukan oleh warga sejak tiga bulan terakhir, lantaran sumur miliknya dalam kondisi surut.
"Setiap tahun kalau musim kemarau pasti susah air, sumur ini satu-satunya yang masih ada airnya. Sebelum kerja kesini buat anterin jeriken," kata Tajudin di Blok Desa Sampiran, Kecamatan Talun.
Air dari sumur pantek, kata Tajudin, nantinya digunakan untuk kebutuhan mandi dan mencuci, sedangkan makan serta minuman, menggunakan air kemasan isi ulang.
Tajudin mengatakan, warga tidak diperbolehkan mengambil air dalam jumlah banyak, karena sumur tersebut pun setiap harinya dimanfaatkan oleh ratusan orang di Blok Sampiran.
"Bisa saja ambil banyak, tapi nantinya tidak enak sama warga lain. Yasudah secukupnya saja, yang penting ada buat mandi," katanya.
• Penusuk Siswi SMK Tergila-gila, Dua Kali Muncul di Tempat Keberadaan Sang Pujaan Hati tanpa Diundang
• Kisah Perkenalan ZPD Siswi SMKN 1 Bandung dengan Pria yang Menusuknya, Awal Komunikasi Lewat Medsos
Mastinah (59), petugas pengisi air di sumur pantek, mengatakan, sebelumnya dijaga oleh para petugas air, warga kerap berebut untuk mendapatkan air, bahkan pernah terjadi keributan, terutama para ibu rumah tangga.
Ia menambahkan, pemerintah desa pun kemudian menyuruh warga yang ingin mendapatkan air untuk menyimpan jeriken saja, sedangkan pengisian dilakukan langsung oleh petugas pengisi air.
"Jadi, mereka simpan jeriken pagi terus diisi, siang atau sore diambil lagi. Satu jeriken seharga 500 perak uangnya buat bayar setrum (listrik), alhamdulillah warga juga jadi tertib tidak berebut," kata Mastinah.
Mastinah mengatakan, setiap harinya, jumlah jeriken milik warga yang diisi berjumlah lebih dari 100 dan kerap dilakukan oleh warga hingga penghujung musim kemarau.
"Tahun kemarin sampai bulan Oktober, setelah musim hujan sepi karena sumur milik warga sudah ada airnya," katanya.