Minat Jepang Terhadap Lulusan SMK Jabar Masih Tinggi, Gaji 22 Juta per Bulan Tapi Ada Syaratnya
Tenaga kerja lulusan SMK asal Jawa Barat kian diminati oleh berbagai perusahaan di Jepang.Hal tersebut diungkapkan CEO Sentra Global Edukasi (SGE), ya
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhammad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tenaga kerja lulusan SMK asal Jawa Barat kian diminati oleh berbagai perusahaan di Jepang.
Namun, dorongan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini masih sangat dibutuhkan, terutama untuk memasukkan para lulusan SMK atau SMA ini dalam rangkaian pendidikan supaya bisa bersekolah bahasa di Jepang, bekerja paruh waktu, sampai akhirnya bekerja sebagai profesional di Jepang.
Hal tersebut diungkapkan CEO Sentra Global Edukasi (SGE), yayasan pendidikan Indonesia dan Jepang, Rudi Subiyanto, dalam Seminar Pendidikan Perawat Lansia Bersertifikat Jepang di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Selasa (10/9/2019).
Bersama Dinas Pendidikan Jabar, SGE selama ini telah menyekolahkan dan mempekerjakan 105 lulusan SMA dan SMK asal Jabar dalam lima periode.
• BREAKING NEWS - Cinta Ditolak, Pria Ini Tusuk Siswi SMKN 1 Bandung Jelang Masuk Jam Pelajaran
Dalam mesempatan tersebut, Rudi mengatakan konsep magang bagi para lulusan SMA dan SMK asal Jabar di luar negeri, khususnya Jepang, harus mulai ditinggalkan.
Pemagangan, katanya, akan menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri karena setelah program magangnya selesai, lulusan SMA atau SMK ini akan kembali ke Tanah Air menganggur.
Penumpukan pengangguran ini, katanya, akan terjadi karena setelah mendapat gaji yang tinggi di luar negeri, para mantan pemagang ini harus kembali mencari kerja di Tanah Air tanpa sertifikat atau peningkatan pendidikan, sedangkan usia produktif pun nyaris terlewati dan gaji di Indonesia yang biasanya lebih rendah.
"Komitmen kami, adalah menyekolahkan para lulusan SMA dan SMK ini ke Jepang selama tiga tahun, kerja paruh waktu, dan kerja selama tiga tahun. Selama ini di masyarakat, banyak yang bangga kalau anaknya magang. Dan stigma magang harus dihapus karena nantinya malah akan jadi bumerang bagi Tanah Air," kata Rudy dalam kesempatan tersebut.
Seharusnya, katanya, para lulusan SMK dan SMA ini difasilitasi untuk sekolah dan bekerja paruh waktu di Jepang. Selama ini, katanya, 105 lulusan SMA dan SMK yang bekerja di bidang perhotelan, otomotif, animasi, dan bisnis manajemen, di Jepang.
• BREAKING NEWS: Kecelakaan Lagi di Tol Cipularang, Mobil Terbalik dan Terbakar, Duaar
"Mereka kerja, bukan magang. Kerjanya juga bukan bekerja biasa, tapi memiliki posisi strategis. Gajinya tidak ada yang di bawah Rp 22 juta per bulan," katanya.
Di bidang care worker atau perawat lansia, katanya, SGE dan Disdik Jabar bekerja sama menjaring para calon perawat.
Dari 622 pendaftar, hanya 30 yang lolos seleksi ketat dan akhirnya siap diberangkatkan Oktober 2019. Di bidang ini, katanya, 63 rumah sakit di Jepang sudah mengajukan permohonan pekerja careworker dari Jabar.
Dalam hal ini, SGE bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melakukan peningkatan mutu pendidikan dan pemahaman global bagi pelajar SMA dan SMK di Jabar dalam hal program pendidikan ke Jepang yang dituangkan dalam konsep “Japan Indonesia Students Net (J.I.S.N)”.
Sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut, SGE dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat berkolaborasi dengan Okayama Institute of Languages, Konan Gakuen, dan Konan Group Welfare Hospital Kochi Jepang.