Lezatnya Memek, Kuliner Asli Simeulue, Harganya Terjangkau, Termasuk Warisan Budaya Terkenal di Aceh
Memek merupakan salah satu kuliner asli Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam, yang telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)
TRIBUNJABAR.ID - Memek termasuk kudapan dari kuliner asli Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam, yang telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Makanan ini terbuat dari pisang, beras ketan, dan santan. Beras ketan disangrai.
Sementara itu, pisang matang dihancurkan hingga lumat tetapi masih ada teksur kasar.
Pisang lalu diberi santan yang sudah dipanaskan sebelumnya.
Kemudian diberi penambah rasa berupa gula dan garam. Terakhir, diberi taburan beras ketan sangrai.
Perpaduan bahan-bahan ini membuat memek memiliki cita rasa dan teksurnya yang sangat unik.
Tak hanya dari segi rasa, nama makanan ini juga tergolong unik.
Dalam bahasa pergaulan sehari-hari di Jakarta, kata tersebut diartikan sebagai organ intim wanita.
Namun, artinya berbeda jika di Aceh, terutama Simeulue.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Simeulue, Abdul Karim mengatakan, memek berasal dari bahasa setempat, mamemek.

"Memek itu adalah jenis makanan yang namanya berasal dari bahasa daerah asli Simeulue yang artinya mengunyah beras atau mamemek," ujar Karim saat dihubungi Kompas.com, Minggu (1/9/2019).
"Oleh karena itu, mendengar namanya tentu orang-orang yang belum tahu persis arti kata tersebut akan memberi makna yang berbeda-beda, dan hal tersebut dapat kami pahami," lanjutnya.
Karim melanjutkan, menikmati hidangan memek merupakan salah satu tradisi kuno masyarakat Simeulue.
Adapun memek kerap disajikan untuk menjamu tamu.
Memek mudah ditemui di Aceh pada saat bulan Ramadhan tiba.
"Memek ini biasa dihidangkan sebagai makanan berbuka puasa. Karena rasanya yang manis, kemudian beras ketan masih akan terasa renyah. Rasanya sangat pas karena dicampur dengan pisang dan santan kelapa yang gurih," lanjutnya.
Menurut Karim, memek merupakan makanan yang wajib kamu coba saat berkunjung ke Aceh.
Bagaimana tertarik mencoba? Mari berkunjung ke Pulau Simeuleu.
Pulau kecil ini berada di sisi barat Provinsi Aceh.
Pulau ini terkenal di kalangan peselancar karena air laut yang jernih, pantai berpasir putih, serta ombak berketinggian mencapai 5 meter.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Simeulue, Abdul Karim mengatakan, memek dapat dengan mudah ditemukan di berbagai destinasi wisata sekitar Aceh.

"Hari ini memek dapat dijumpai di destinasi-destinasi wisata dalam sajian makanan khas, antara lain menek, rabaha batok, tabaha longon, sanggal batok, lompong batok, kule tafee, dan lainnya," ujar Karim saat dihubungi Kompas.com, Minggu (1/9/2019).
Ia mengatakan, saat ini banyak kafe-kafe yang dibangun di sekitar destinasi wisata Simeulue.
Biasanya kafe-kafe itu menyediakan menu memek.
Karim melanjutkan, memek akan sangat mudah ditemui saat memasuki bulan Ramadhan.
Karena memek merupakan salah satu sajian berbuka puasa.
"Namun masyarakat sekitar sini juga sering sengaja memasak Simeulue jika ada tamu. Jadi tidak hanya saat bulan Ramadhan saja," sebutnya.
Makanan ini terbuat dari pisang, beras ketan, dan santan.
Pisang matang dihancurkan hingga teksturnya seperti bubur lalu dicampur santan yang sudah dipanaskan sebelumnya.
Lalu diberi gula dan garam.
Terakhir, diberi taburan beras ketan yang sudah disangrai.
Perpaduan bahan-bahan ini membuat memek memiliki cita rasa yang sangat unik.
Karim mengatakan, harga memek sangat terjangkau.
Untuk 1 cup plastik memek kamu hanya cukup membayar Rp 5.000.
Memek memiliki bentuk yang mirip dengan bubur.
Makanan ini terbuat dari beras ketan gongsen, pisang, santan yang sudah dipanaskan, gula dan garam.
Untuk membuatnya, diperlukan waktu sekitar satu jam.
Makanan ini bisa disantap saat panas ataupun dingin.
Berdasarkan Informasi dari laman resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, nama memek berasal dari mamemek yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggingit.
Namun, masyarakat setempat lebih populer menyebutnya memek.
Masyarakat biasa membuatnya untuk hidangan berbuka jadi sangat umum dijumpai ketika ramadhan. (Kompas.com)