Penyebab Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang, Lokasi Blackspot, Faktor Human Error & Geometrik Jalan

Berikut ini telusuran rekam jejak penyebab kecelakaan sering terjadi di Tol Cipularang hingga disebut lokasi Blackspot.

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Tribun Jabar/Ery Candra
Petugas sedang mengeluarkan orang yang terjepit dari dalam mobil boks warna putih pascakecelakaan di Jalan Tol Cipularang kilometer 91, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta, Senin (2/9/2019). 

TRIBUNJABAR.ID - Hari ini terjadi tragedi kecelakaan beruntun di Tol Cipularang di Kilometer 92, Senin (2/9/2019)

Disebut-sebut kecelakaan beruntun kali ini menjadi kecelakaan terparah.

Dalam kecelakaan beruntun di Tol Cipularang Kilometer 92 itu melibatkan 21 kendaraan.

Menelusuri jejak kecelakaan lainnya, lokasi Tol Cipularang ini memang menjadi lokasi rawan kecelakaan.

Bahkan banyak yang mengait-ngaitkan kecelakaan dengan hal-hal mistis.

Tepatnya, kecelakaan kerap terjadi di Tol Cipularang pada Km 90-100.

Ajaib, Bus Ini Cuma Lecet di antara Kendaraan Kecelakaan Beruntun Ringsek dan Terbakar

Rekam jejak kecelakaan demi kecelakaan itu sebelumnya telah mendapatkan perhatian pihak Jasa Marga hingga Kepolisian Satlantas setempat.

Menurut pemerhatian Kanitlaka Satlantas Polres Purwakarta, Iptu Asep Kusmana, penyebab kecelakaan di jalan Tol Cipularang itu memang beragam.

Beberapa di antaranya bisa karena kondisi pengemudi, kendaraan sendiri, hingga kendaraan lain.

Pada 2017, Kanitlaka Satlantas Polres Purwakarta, Iptu Asep Kusmana meyoroti faktor dan penyebab kecelakaan di Km 90-100 itu.

Penting Nih Biar Selamat, Analisis Pakar ITB tentang Seringnya Kecelakaan di KM 90-91 Tol Cipularang

Iptu Asep Kusmana mengatakan ruas Tol Cipularang antara Km 90-100 adalah blackspot

Ia menyebut jalur tersebut sebagai blackspot karena menjadi lokasi yang rawan kecelakaan yang sudah banyak menelan korban.

Seperti halnya kecelakaan yang terjadi hari ini di Tol Cipularang di Kilometer 92, Senin (2/9/2019).

Sebelumnya juga terjadi kecelakaan di Kilometer 96 pada Jumat (28/6/2019).

Pada kecelakaan hari Jumat itu terjadi karena sopir diduga mengantuk.

Hal itu mengakibatkan dua korban meninggal dunia dan tiga penumpang lainnya luka-luka.

Menelaah dari banyaknya kecelakaan yang terjadi, Iptu Asep Kusmana mengatakan di sekitar lokasi blackspot itu memiliki beberapa faktor penyebab kecelakaan.

Kecelakaan terjadi disebabkan faktor human error maupun faktor geometrik jalannya.

Human Error

Mobil ringsek akibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang Purwakarta, Senin (2/9/2019).
Mobil ringsek akibat kecelakaan beruntun di Tol Cipularang Purwakarta, Senin (2/9/2019). (Tribunjabar.id/Ery Chandra)

Mengantuk atau kelelahan saat mengemudi sangatlah fatal sekaligus meningkat kemungkinan kecelakaan.

"Di lokasi blackspot Cipularang itu menjadi titik lelah pengemudi, kemudian kontur jalannya turunan, tanjakan dan dikombinasi dengan banyak tikungan," kata Asep kepada Tribun Jabar saat ditemui di Mapolres Purwakarta, Ciseureuh, Purwakarta.

Selain faktor jalan dan kendaraan, kecelakaan yang fatal juga terjadi karena pengemudi mengalami Microsleep.

Microsleep adalah tidur sementara secara mendadak dalam beberapa detik yang biasanya terjadi karena kelelahan atau kebosanan.

Karena Microsleep itulah di jalur masuk Purwakarta dari arah Bandung itu sering terjadi kecelakaan.

Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Polisi Gunakan Metode Traffic Accident Analyst

"Karena mengantuk menjadi faktor paling tinggi kecelakaan di situ, meski Microsleep itu hanya beberapa detik tapi akibatnya fatal, dan hampir selalu tabrak belakang kendaraan," ujar dia.

Ditambah lagi, saat kecelakaan terjadi karena mengantuk, bisa dipastikan tidak ada pengereman dengan jarak yang cukup sebelum kecelakaan.

Oleh karena itu, efek kecelakaannya sering kali sangat parah hingga menimbulkan korban jiwa.

Geometrik Jalan

Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar
Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Dokumentasi Kementerian PUPR)

Asep menambahkan di Tol Cipularang rentang Kilometer 90 banyak pengemudi mobil yang memacu kendaraan berkecepatan tinggi.

Pada saat memasuki kontur jalan yang berkelok-kelok, pengemudi kurang antisipasi dan seringkali oversteer atau understeer.

Understeer adalah gejala pada saat mobil cenderung sulit untuk berbelok akibat roda depan kehilangan traksi dan memasuki tikungan terlalu cepat.

Sedangkan oversteer merupakan gejala mobil yang kehilangan traksi pada area ban belakang ketika sedang menikung di jalan dan mengakibatkan tergelincir dan hilang kendali.

Detik-detik Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang Km 92 Versi Saksi Hidup, Sang Suami Tak Sadarkan Diri

"Setelah jalan KM 100-an itu kan lurus, ngebut tuh, karena melebihi kecepatan bisa oversteer atau tekor saat berbelok. Tapi paling banyak karena faktor kelelahan atau mengantuk," katanya.

Asep mengimbau pengguna jalan Tol Cipularang yang melintasi Purwakarta untuk tetap berhati-hati dan selalu menjaga kewaspadaannya saat mengemudi.

Ia menyarankan agar pengemudi bisa melakukan istirahat yang cukup di sejumlah rest area yang telah tersedia.

"Setiap dua jam sekali disarankan untuk istirahat untuk menghindari kelelahan atau microsleep saat berkendara. Serta atur kecepatan dan jarak aman di dalam tol, hal itu tidak cuma angka," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved