Cerita Penjaga Pintu Perlintasan Kereta Api di Purwakarta, Sering Jenuh Tapi Tetap Bersyukur

Seorang penjaga pintu perlintasan kereta api di Purwakarta, Asep Sobari (27), terlihat duduk menatap panel.

Penulis: Ery Chandra | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/Ery Chandra
Asep saat menjaga pintu palang perlintasan kereta api, di Jalan Ipik Ganda Manah, Kabupaten Purwakarta, Minggu (11/8/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Seorang penjaga pintu perlintasan kereta api di Purwakarta, Asep Sobari (27), terlihat duduk menatap panel.

ia memandang satu per satu tombol. Tak lama kemudian, dia berdiri saat mendengar alarm berbunyi, tanda ada kereta api akan melintas di Jalan Ipik Ganda Manah, Kabupaten Purwakarta.

Dia pun segera menarik tuas untuk menurunkan palang pintu.

Menjelang petang, pria yang mengenakan seragam oranye itu bergegas berdiri di depan pos jaga.

Sebelum kereta api melintas, dia segera mengangkat tangan kanannya. Disusul bunyi klakson kereta api tersebut.

Meski terdapat tiga orang petugas lainnya, Asep adalah yang paling lama bekerja.

"Bersyukur sudah tujuh tahun saya bertugas disini awal 2012. Dulu di Padalarang Bandung, lalu mutasi ke Purwakarta," ujar Asep kepada Tribun Jabar, di pos jaga, Kabupaten Purwakarta, Minggu (11/8/2019).

Duh! Lokasi Proyek Pembangunan Stadion Watubelah Terkadang Jadi Tempat Pesta Miras

Asep saat menjaga pintu palang perlintasan kereta api, di Jalan Ipik Ganda Manah, Kabupaten Purwakarta, Minggu (11/8/2019).
Asep saat menjaga pintu palang perlintasan kereta api, di Jalan Ipik Ganda Manah, Kabupaten Purwakarta, Minggu (11/8/2019). (Tribun Jabar/Ery Chandra)

Pos jaga berukuran kecil tersebut minim fasilitas.

Tak ada televisi, radio, dan lainnya.

Selama bertugas, Asep tak pernah bergegas untuk meninggalkan pos, bahkan untuk salat ia tidak terburu-buru.

Bukan tanpa alasan, ia melakukan semuanya sesuai standar yang ditetapkan.

Dia mengaku khawatir terjadi sesuatu jika ia meninggalkan pos.

"Tidak bisa ditinggalkan untuk ibadah. Karena menyangkut nyawa orang. Bahkan hari besar tetap kerja. Jarang ngumpul bareng keluarga di Cikalong Bandung," katanya.

Meski penghasilan pas-pasan dan saat bekerja sering jenuh, Asep tetap bersyukur karena pekerjaannya bermanfaat bagi banyak orang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved