Mbah Moen Meninggal
Mbah Maimun atau KH Maimun Zubair Sempat Nangis di Depan Orang Banyak, Tersedu Mendengar Sholawat
Jauh sebelum wafat, Mbah Maimun yang bernama lengkap KH Maimun Zubair sempat nangis di depan orang banyak.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID - Jauh sebelum wafat, Mbah Maimun yang bernama lengkap KH Maimun Zubair sempat nangis di depan orang banyak.
Pria yang kerap disapa Mbah Moen ini terekam kamera berlinang air mata saat mendengar sholawat.
Sejumlah videonya bahkan beredar di dunia maya.
Seperti sebuah video yang diunggah channel Lensa Santri.
Pada video ini, terekam momen saat KH Maimun Zubair berdiri mengenakan pakaian serba putih.
Di sampingnya ada seseorang yang tengah memimpin melantunkan sholawat.
Sambil mendengar itu, ulama asal Rembang ini tak kuasa menahan tangis.
Ia tampak menangis tersedu sambil menundukkan kepalanya di depan orang banyak.
Di depannya, terlihat orang-orang berkumpul dan turut menangis mendengar sholawat itu.
• Ini Alasan KH Maimun Zubair alias Mbah Moen Dimakamkan di Mekkah Menurut Menantunya
Tak hanya satu, pada video ini ada pula momen lain saat KH Maimun Zubair menangis mendengar sholawat. Namun, terlihatnya dalam momen dan waktu yang berbeda seperti momen sebelumnya.
Kemudian, ada pula momen lain yang menunjukkan Mbah Maimun berlinang air mata.
Pada video yang diunggah channel Susi Kfskin Agen Jateng, air mata Mbah Moen terus menetes membahasi pipinya.
Ia tampak duduk di sebuah kursi, sambil mengikuti lantunan sholawat yang dilantunkan orang-orang di sekitarnya.
Mbah Maimun Tinggal Kenangan
Mbah Maiumun meninggal dunia, Selasa (6/8/2019).
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu meninggal di tanah suci Makkah, saat melakukan ibadah haji.
Jenazahnya pun langsung disalatkan di Masjidil Haram, Makkah.
• Di Mata Santrinya, KH Maimun Zubair alias Mbah Moen Sosok Penuh Cinta Kasih dan Tak Pernah Marah
Kemudian, dimakamkan di pemakaman Ma'la Makkah.
Semasa hidupnya, ia adalah pimpinan dari Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Dilansir Tribunjabar.id dari laman Laduni, mulanya, pondok pesantren itu didirikan oleh ayahnya, KH Zubair Dahlan.
Tak hanya oleh KH Zubair Dahlan, ada pula campur tangan dari KH Ahmad Syuaib.

Awalnya, keduanya membuat kelompok pengajian di musala.
Kemudian, didirikan tiga kompleks bangunan untuk mengembangkan kelompok pengajian itu.
Satu di antara komplek tersebut kemudian dikembangkan oleh putra KH Zubair Dahlan.
Di tangah Maimun Zubair pun, pondok pesantren berkembang semakin besar.
Sejak kecil, ia tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren.
Ia diasuh langsung oleh ayah dan juga kakeknya yang merupakan ulama.
Saat masih balita, ia pun sudah diajarkan ilmu agama.

Ia bahkan menghafal berbagai bidang dalam ilmu agama Islam sebelum usianya remaja.
Tak heran, pada usia 17 tahun, Maimun Zubair mampu menghafal isi dari banyak kitab.
Setelah menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, ia pun sempat menuntut di Mekkah.
• Ucapan Mbah Maimun Bikin Merinding, Ungkap Keutamaan Hari Selasa yang Jadi Riwayat Kematian Keluarga
Setelah di Mekkah, ia pun melanjutkan pengembaraannya untuk memperdalam ilmu dari para ulama.
Ia pun kemudian belajar ilmu agama kepada ulama-ulama besar yang ada di Pulau Jawa.