Kajian
Memberontak Penguasa Meski Zalim Dilarang dalam Islam, Berikut Wasiat Rasulullah kepada Para Sahabat
Aksi kudeta atau memberontak kepada pengusaha yang sah dilarang dalam Islam. Rasullulah berwasiat agar umat Islam taat pada penguasa yang sah.
Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Kisdiantoro
Demikian yang dimaksud perkataan Imam Al-Bahbahary yakni memberontak atau memerangi kepada penguasa sebagaimana yang tergambar dan telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij.
"Barangsiapa yang zalim kepada pemerintah atau penguasa yang Muslim maka ia seperti para khawarij," ujar Ustadz.
Dijelaskan Ustadz, Khawarij adalah orang-orang yang paling semangat dalam ibadah kepada Allah SWT.
Jika dibandingkan dengan para Sahabat, dari dzhahirnya orang Khawarij lebih baik dalam hal beribadah, semisal shalat, puasa dan ibadah lainnya.
Dikatakan Ustadz, Rasulullah pernah bercerita jika kelak akan ada keturunan di mana para sahabat merasa kerdil dalam hal ibadah mereka jika dibandingkan dengan ibadah keturunan Dulkhuwaisyiroh.
Hanya saja, golongan mereka itu membaca Alquran tapi tidak sampai melewati kerongkongannya dan hatinya.
Mereka keluar melesat dari islam, seperti melesatnya anak panah menembus sasarannya.
"Mereka disebut khawarij karena keluar dari pemimpin yang sah. Keluar dari kepemimpinan Ali," ungkap Ustadz.
Sebelumnya khawarij juga telah memberontak kepemimpinan Utsman hingga wafat pada peristiwa tersebut.
Begitupun Ali, sudah berkali-kali khawarij hendak membunuh Ali karena mereka beranggapan kepemimpinan Ali tidak berlandaskan hukum islam.
• Saat Hendak Beli Buah, Terduga Teroris Diringkus Densus 88 Antiteror, Polisi Geledah Rumahnya
Menurut Ustdaz, Khawarij terkena subhat, kerancuan, mereka membawakan ayat atau dalil untuk mengkafirkan para sahabat atau siapapun yang dianggap mereka bertindak salah.
"Oleh karena itu, sangat berbahaya sekali orang-orang yang terkena virus khawarij," tegasnya.
Karena dari sudut pandang kaum Khawarij, kaum Muslimin lainnya dianggap mereka kafir.
Ustadz Hafizh Abdul Rohman mengatakan, terdapat dua tipe Khawarij, yakni khawarij yang melakukan pemberontakan dengan ucapan dan Khawarij yang melalukan pemberontakan dengan tindakan.
Bagi mereka yang memberontak melalui ucapakan maka dihadapi dengan cara dan sikap lebih baik.
Karenanya yang perlu dilakukan adalah mencabut subhat-subhat yang ada di dalam pikir dan cara pandang.
"Diajarkan bagaimana yang benar, dibantah kesalahan dan subhat yang ada di kepala mereka," ujarnya.
Khawarij tipe kedua adalah Khawarij yang memberontak menggunakan senjata, seperti halnya Khawarij yang menyerang sahabat Ali Bin Abitolib.
Dijelaskan Ustadz Hafizh Abdul Rohman, dalam kaidah umum masyarakat memang harus lantang dan tegas kepada siapa saja yang memberontak kepada penguasa.
Namun juga masyarakat tidak boleh menyundut sembarangan menuduh secara praktiknya.
"Barangkali mereka juga tidak paham bahwa apa yang mereka lakukan adalah bertentangan dengan Islam, itu adalah virus atau penyakit," kata Ustadz.
Maka, sikap terbaik kau Muslimin adalah menyerahkan urusan tersebut kepada para ulama yang mendalam ilmunya, yang bertindak dan memvonis.
Adapun seseorang pun fokus hanya mengetahui bahwa tindakan tersebut keliru, ucapan tersebut keliru, aqidah tersebut keliru.
Artinya sebaiknya pula, masyarakat tidaklah menilai personal baik secara langsung maupun di media sosial.
Pemerintahan adalah Pemelihara Bumi
Dijelaskan oleh Ustadz Hafizh Abdul Rohman, Rasulullah Muhammad SAW mewajibkan pengangkatan seseorang sebagai pemimpin dalam seluruh jenis perkumpulan.
السَّلْطَانُ ظِلُّ اللهِ فِي اْلأَرْضٍ
“Sesungguhnya sultan atau penguasa adalah naungan Allah di bumi.” HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, no. 8/162.
Bahkan dalam firman-Nya, Allah SWT juga telah mewajibkan amar ma’ruf nahi mungkar dan perkara lainnya bahwa kewajiban ini akan sempurna ditunaikan dengan adanya kekuatan dan kepemimpinan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata, wajib diketahui bahwa mengangkat pemimpin untuk mengatur urusan manusia termasuk kewajiban agama dan tanggung jawab terbesar.
Bahkan tidak akan tegak agama dan tidak pula dunia kecuali atas kepemimpinan dan penguasa.
• Kekeringan, Belasan Hektare Sawah di Kabupaten Cirebon Gagal Panen
"Manusia tidaklah sempurna, oleh karena itu kemaslahatan mereka dilakukan dengan ijtima’ (berkumpul dan berjamaah), karena pula kebutuhan sebagian mereka kepada sebagian yang lain," ujarnya.
Ustadz Hafidz Hafizh Abdul Rohman menerangkan daulah Islamiyyah (kepemimpinan berazaskan dinul Islam) memang sangatlah penting dan berarti bagi kehidupan beragama kaum muslimin.
Namun yang perlu diperhatikan dan menjadi catatan penting yakni tujuan perkara tersebut.
“Tujuan agama yang hakiki adalah menegakkan undang-undang kepemimpinan yang baik dan juga terbimbing."
Jika ada orang yang berkata bahwa masalah imamah (kepemimpinan) adalah tujuan yang paling penting dan utama dalam hukum-hukum agama dan kaum Muslimin, maka orang yang berkata itu sesungguhnya tidak tahu, tak paham atau berdusta.