Kisah Para Pelestari Benda Pusaka, Senjata yang Jadi Asal Usul Kujang sampai Kujang Ciung Wanara

Dadan mengatakan kujang ciung Wanara bentuknya seperti burung di bagian atas dan hewan monyet di bagian bawah.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Ravianto
ferri amiril/tribun jabar
Andi Tar pelestari benda pusaka memperlihatkan beberapa koleksi benda pusaka peninggalan leluhur 

TRIBUNJABAR.ID - BERAWAL dari rasa ingin melestarikan dan memelihara pusaka peninggalan leluhur, para pelestari pusaka dari berbagai daerah di Jawa Barat membentuk Paguyuban Kujang Pusaka Nusantara.

Mereka melakukan penelusuran dan pencarian benda pusaka untuk dibeli, dibarter, atau dipinjam lestarikan.

Alhasil puluhan benda pusaka dari berbagai daerah di Jawa Barat berhasil dikoleksi bersama.

Berbagai koleksi benda pusaka seperti kujang, keris, pedang, golok, dan lainnya terkumpul di sekretariat PKPN Jalan Siliwangi Cianjur.

Beberapa benda pusaka lainnya terkumpul di rumah seorang pelestari benda pusaka, Andi Tar (45) di Gang Darmabakti, Kelurahan Solokpandan, Kecamatan Cianjur.

Di rumah bercat hijau tersebut berbagai benda pusaka disimpan di koper, tas, dan sebagian di dalam lemari. Satu persatu barang antik pusaka peninggalan leluhur mulai dikenalkan Andi Tar.

Menurutnya hobi yang kemudian menjadi jalan silaturahmi ke berbagai daerah ini diawali saat ia duduk di bangku kuliah.

"Saya mulai menjadi pelestari kujang dan senang mengoleksi barang antik sejak duduk di bangku kuliah tahun 1995," ujar Andi sambil membuka tas dan koper yang berisi barang-barang pusaka di bagian belakang rumahnya, Kamis (20/6).

Sambil duduk bersila dan membuka sebilah kujang dari sarungnya, Andi berujar jika ia sudah mulai usaha di barang antik sejak kuliah.

Namun, kata Andi, saat itu ia belum mengoleksi kepada benda pusaka.

Waktu berjalan, dari hobi yang menjadi usaha barang antik saat kuliah, Andi mulai menyenangi benda-benda pusaka. Ia mulai banyak bertemu dengan para pelestari benda pusaka dari berbagai daerah.

"Persisnya sekitar tahun 2014 saya mulai hobi koleksi batu akik dan pusaka," katanya.

Ia mengatakan, teknis untuk mendapatkan benda pusaka ia berburu ke kampung-kampung di pelosok seperti di Cianjur, Ciwidey, sampai ke Sumedang dan Cirebon.

Dari wilayah Tasikmalaya dan Ciwidey ia bersama dengan temannya mendapat beberapa benda pusaka seperti golok dan kujang.

Dalam melakukan perburuan benda pusaka ia menentukan beberapa kriteria keaslian serta perawatan benda pusaka, termasuk sejarah dan cerita dari pemegang terakhir benda pusaka tersebut.

Ia mengatakan, perburuan juga untuk menyelamatkan benda pusaka yang sudah tak terurus.

Ia banyak menemukan pusaka kuno yang sepuh yang merupakan peninggalan orangtua sampai leluhur namun kondisinya tak terawat.

Lalu seiring berjalannya waktu, banyak kegiatan yang dilakukan para pelestari secara bersamaan dan dua tahun terakhir terbentuklah Paguyuban Kujang Pusaka Nusantara.

"Dideklarasikan di Cianjur pusatnya Dewan Pimpinan Nasional, akhirnya dibentuk DPD di beberapa wilayah di Jawa Barat," kata Andi.

Terbentuknya paguyuban juga dilakukan dari mulut ke mulut seperti yang dilakukan saat berburu benda pusaka.

"Keberadaan benda pusaka juga dikabarkan dari beberapa teman lalu dikejar dan dilakukan komunikasi personal dengan pemegang benda pusaka," ujar Andi.

Ia mengatakan, benda pusaka tersebut ada yang dibeli full, ada yang barter, dan ada yang tukar tambah. Menurutnya jika benda pusaka tersebut terjaga keasliannya harganya bisa mencapai Rp 15 juta sampai Rp 50 juta.

Lalu untuk benda pusaka peninggalan leluhur yang mempunyai cerita sejarah seperti keris sepuh bisa sampai Rp 300 juta.

Seorang pelestari benda pusaka lainnya, Dadan Suganda (40) warga Kampung Babakan Laban, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, mengatakan ada beragam bentuk benda pusaka.

Hal tersebut diidentifikasi terbentuk dari ciri khas daerah. Seperti di Jawa Barat ada sekitar 192 bentuk kujang.

"Contoh untuk benda pusaka kujang, saat ini masing-masing daerah memiliki perbedaan bentuk kujang, ada sekitar 192 bentuk kujang yang telah ditemukan, yang terkenal memang kujang ciung Wanara dari Garutan," kata Dadan.

Dadan mengatakan kujang ciung Wanara bentuknya seperti burung di bagian atas dan hewan monyet di bagian bawah.

"Setelah zaman kemerdekaan banyak dibuat kujang baru dari bahan Kuningan dan diperjelas bentuk burung dan monyetnya," kata Dadan.

Dadan mengatakan di Cianjur kujang juga punya ciri masing-masing. Ia berpesan memelihara benda pusaka jangan sampai menuhankan benda tersebut sesuai dengan moto PKPN.

"Moto kerja PKPN memelihara bukan untuk menuhankan, fokus menjaga dan melestarikan pusaka Nusantara," katanya.

Ia mengatakan saat ini koleksi tertua benda pusaka ada pada jenis golok yang berumur sekitar 200 tahun. Pada guratan golok tersebut tergores angka 1793, lalu ada juga semacam keris betok Singasari.

"Benda pusaka yang berumur lama ada awal muawal kujang yakni kudi, namun zaman kerajaan Pajajaran beralih tren kujang," katanya yang menduga kudi ada sebelum zaman kerajaan Pajajaran.

Para pelestari benda pusaka mengimplementasikan benda pusaka sebagai ilmu pengetahuan bagi generasi muda saat ini.

"Sudah ada bukunya setiap pusaka kami ceritakan untuk pengetahuan anak sekolah dan mahasiwa perguruan tinggi," katanya.(fam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved