Ayu Kelimpahan Berkah dari Sidang di MK, Jengkolnya Laris: Bisa Buat Nambah Bayar Kuliah Anak di IPB

Duduk sejumlah aparat kepolisian berseragam hitam, yang tengah istirahat untuk makan siang, usai Salat Jumat.

Editor: Ravianto
Dennis Destryawan/Tribunnews.com
Sri Rahayu, pedagang di Kantin Keadilan Gedung MK. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA -- Sidang gugatan hasil pemilihan presiden yang sedang berlangsung membawa berkah bagi para pedagang di Gedung Mahkamah Konstitusi.

"Nama saya Sri Rahayu. Dipanggil Bu Ayu," kata perempuan berusia 48 tahun di Kantin Keadilan, yang berada di lantai dasar Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat.

Ayu terlihat sibuk. Mengantar makanan ke meja-meja di area persegi panjang.

Duduk sejumlah aparat kepolisian berseragam hitam, yang tengah istirahat untuk makan siang, usai Salat Jumat.

Ayu, yang mengenakan kerudung ungu muda, dengan pakaian merah lengan panjang ini, mengantar pesanan ke meja-meja.

"Silakan Pak," kata Ayu seraya tersenyum, menyajikan makanan kepada pembeli.

Dua tahun Ayu berdagang di Kantin Keadilan.

Beberapa hari belakangan ini, adalah yang tersibuk.

Karena sidang gugatan hasil pemilihan presiden akan berlangsung hingga 28 Juni 2019 mendatang.

"Naiknya, bisa tiga kali lipat," tutur perempuan yang tinggal di Bogor ini, mengisahkan jumlah pendapatan yang bertambah, karena adanya sidang gugatan hasil Pilpres.

Jam 03.00 pagi Ayu sudah bangun. Ia menyiapkan barang dagangan, yang akan dibawa ke Ibu Kota. Berangkat jam 07.00 dari Stasiun Bogor.

Jelang Persib Bandung vs Madura United: Jupe Target Menang

Bau Gosong saat Makan Siang, Tak Tahunya Tunangan Bagas Jadi Korban Kebakaran Pabrik Korek

Awal Mula Roy Kiyoshi Jadi Anak Indigo, Lihat Peti Mati, Bunga dan Lilin

"Mengantar anak kecil dulu sekolah," tuturnya.

Ia turun dari Stasiun Tanah Abang, dan naik ojek ke Gedung MK.

Baru sekira jam 09.00, ia menyiapkan kedai "Ibu Ayu". Berjualan jenis makanan, yakni Sop Ayam, Sop Daging, dan makanan khas Sunda.

"Khas-nya di sini jengkol. Paling laku. Justru orang ke sini nyari jengkol. Karena bumbunya turun temurun dari nenek saya," cerita Ayu soal jengkol.

Ayu bersyukur pendapatannya bertambah. Jika tak ada sidang, Ayu meraup uang dari dagangan berkisar puluhan ribu rupiah.

"Biasanya Rp 67 ribu paling kecil," lirih Ayu.

Namun, selama sidang ini, pendapatannya bertambah. Bahkan, bisa mencapai ratusan ribu per hari.

"Bisa Rp 500 ribu, bisa Rp 1 juta," tutur Ayu.

Ayu menceritakan, beratnya membawa barang dagangan dari Bogor ke Jakarta.

Hari biasa, tanpa sidang, ia pun harus membawa barang dagangan yang berat itu, kembali ke Bogor karena tak laris semua.

"Kalau tidak laku beratnya dibawa pulang lagi," kisah Ayu.

Ia pun terpaksa menjual murah barang dagangannya di Stasiun Angke. Yakni, dengan 'mengakali' paket Rp 10 ribu.

Meski, harus jual rugi, ia terpaksa melakukan itu, demi tidak membawa pulang kembali barang dagangan.

"Supaya pulang tidak berat," kata Ayu. "Kalau sekarang Alhamdulillah," sambungnya.

Ayu mensyukuri, jualannya hari-hari ini, bisa laris manis. Ia tak lagi membawa pulang makanan, yang dimasaknya saat Subuh.

Meski kini, waktu tidurnya berkurang, karena harus mempersiapkan dagangan. Ayu pulang usai Maghrib, dan langsung berbelanja di Pasar Bogor. Bangun tidur, masak, dan siap-siap banting tulang di Ibu Kota.

"Jualan buat nambah-nambah bayar anak kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor)," kata Ayu.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved